Tugas essay ilmu pendidikan Rosiqin MPI D

  

DAMPAK GLOBALISASI BAGI PENDIDIKAN

Oleh: Zainur Rosiqin

 

 

Saat ini, globalisasi telah terjadi sejak abad ke-20, memaksa setiap negara pada khususnya Indonesia  menerima kenyataan penetrasi pengaruh eksternal pada berbagai aspek Kehidupan bangsa. Menurut Princeton N. Lyman, globalisasi adalah pembangunan dengan sangat cepat  tentang saling ketergantungan dan hubungan antara negara-negara di dunia dalam hal Perdagangan dan Keuangan Secara historis, asal mula munculnya globalisasi  revolusi elektronik dan disintegrasi negara komunis. Kata "globalisasi" dari kata global artinya global atau lingkup global. Globalisasi pada dasarnya adalah adalah proses yang dihasilkan dari dampak yang bertahan lama melintasi batas-batas nasional dan negara bagian.

 

Pendidikan sebagai bagian dari kebudayaan tidak lepas dari pengaruh globalisasi. Memengaruhi Perkembangan teknologi juga berjalan seiring dengan perkembangan pendidikan itu sendiri. Langsung Penggunaan teknologi tidak  terbatas pada kepentingan industri atau komersial, Tetapi juga pendidikan. Contohnya adalah peran internet yang dapat dijadikan sebagai dokumentasi Mengumpulkan informasi akademik untuk siswa. Jadi sumber belajar tidak hanya didapat dari Buku atau guru, tetapi sumber belajar dapat diperoleh dari berbagai belahan dunia. Lebih dari itu Penggunaan multimedia portabel seperti laptop menjadi lebih umum dalam praktik Manajemen pendidikan di Indonesia. Dengan kata lain, kita dapat mengatakan bahwa sains dan teknologi Dapat mendukung terselenggaranya pendidikan tinggi yang berkualitas khususnya di Indonesia Dan terus berkembang. Disinilah pendidikan menjadi program nasional Sangat penting dan tidak dapat ditunda lagi untuk pengembangan yang optimal Mungkin. Tentunya untuk mencapai hal tersebut diperlukan kerjasama dari semua faktor. Pelatihan Diimbangi dengan sumber daya manusia yang mumpuni di bidangnya, untuk Dalam pelaksanaannya dapat berfungsi sebagaimana mestinya.

 

Kemajuan globalisasi terutama ditandai dengan  kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi Teknologi pasti berdampak pada keberadaan semua aspek kehidupan, terutama di bidang pendidikan, baik yang berdampak positif maupun negatif. Hal ini terlihat dengan adanya sekolah menawarkan kelas bilingual dengan pengenalan bahasa asing seperti Bahasa Inggris dan Cina adalah mata pelajaran wajib. Selain itu, sekolah institusi dari SMA ke atas telah membuka banyak  kelas internasional. Karena Indonesia, ini bukan tujuan TKI bersaing di dunia secara internasional dan memenuhi tantangan globalisasi. Dengan kekuatan tenaga kerja terampil tentu saja akan memberikan dampak positif tersendiri bagi Indonesia. Indonesia dapat meningkatkan kualitas perekonomiannya sehingga dapat bergabung dalam jajaran raksasa ekonomi global. Tapi ini tentu saja membutuhkan kombinasi dari kemampuan dasar tinggi dan keterampilan kapasitas otak. Salah satu kuncinya adalah  globalisasi pendidikan yang dipadukan dengan kekayaan budaya bangsa Indonesia khususnya dengan sumber daya manusianya.

 

Beberapa dampak positif globalisasi:

1.     Semakin mudahnya akses informasi

orang tidak dapat menolak bahwa kemajuan teknologi telah memfasilitasi pekerjaan manusia, terutama tentang akses ke informasi. Internet telah menjadi kebutuhan yang terpisah.Dengan Internet, masyarakat dapat mengakses informasi  yang sangat singkat. Informasi yang dapat diakses tidak terbatas hanya dari negara, tetapi dapat dari seluruh dunia diperoleh melalui Internet. Tentu saja, untuk siswa, mereka sangat mudah memiliki sumber belajar lain, selain buku dan penjelasan guru.

2.     Globalisasi  pendidikan akan menciptakan keterampilan karir dan standar internasional di bidang pendidikan.

Dalam hal ini, ini tentang pendidik. Pendidikan apa yang  dilakukan kualitas dan pemantauan pengembangan globalisasi saat ini akan menghasilkan lulusan  siap bekerja dengan keahlian mereka, termasuk produksi pendidik adalah standar standar dan  internasional. Ini pasti akan membawa pengembangan positif untuk siswa yang diajarkan kemudian, yaitu lulus hasil berkualitas.

3.      Globalisasi akan membawa dunia pendidikan Indonesia bisa bersaing dengan negara negara lain.

Guru global atau global, semua perubahan berubah aspek pendidikan terjadi di banyak negara, termasuk Indonesia. Jika dikembangkan Globalisasi dapat dilacak dan disesuaikan dengan benar, itu akan menciptakan kualitas Pendidikan Indonesia memiliki standar yang sama atau lebih baik daripada negara lain.untuk mendidik di Indonesia dapat diselaraskan atau mampu bersaing dengan negara negara lain

.

 

4.      akan menciptakan tenaga kerja yang berkualitas dan mampu bersaing

seperti dijelaskan di atas, jika pendidikan dibuat dalam kualitas dan Tergantung pada kebutuhan dan pengembangan globalisasi, itu akan menciptakan lapangan kerja memenuhi syarat dan siap untuk berpartisipasi dalam dunia internasional.

5.     Ada perubahan struktur dan sistem pendidikan untuk mencapai tujuan meningkatkan kualitas pendidikan.

Demi kualitas pendidikan yang lebih baik, itu tidak mungkin Mempertahankan struktur dan metode pendidikan yang  ada. Semuanya harus Menyesuaikan dengan perkembangan dan kebutuhan saat ini. Misalnya, gunakan Teknologi berupa media pembelajaran yang terkomputerisasi, internet atau sejenisnya. Lebih dari itu Juga perlu mengevaluasi program yang  ada agar bisa diimplementasikan Perbaikan untuk desain program selanjutnya. Gunakan teknologi baru, seperti Komputer dan Internet telah membawa perubahan besar dalam dunia pendidikan Dan telah menjadi fenomena umum dalam praktik pembelajaran di sekolah-sekolah Indonesia.Selain itu, karena kemajuan teknologi, model pengajaran dalam dunia pendidikan  juga memberikan kontribusi Telah berubah. Di masa lalu, guru hanya menggunakan satu kapur untuk menulis,Menggambar sederhana dan menggunakan materi pembelajaran sederhana, sekarang dengan Kalkulator, teks, gambar, audio, film, dll. Dapat digabungkan menjadi satu proses Informasi kontak materi pembelajaran.

 

Selain dampak positif, globalisasi juga berdampak negatif terhadap pendidikan Indonesia, meliputi:

 

1.     Pendidikan di  Indonesia dapat dikuasai oleh pemilik modal.

Ini berarti bahwa sekolah dapat digunakan sebagai objek komersial sebagaimana adanya Neoliberalisme telah melanda dunia. Globalisasi dapat memaksa liberalisasi di satu bidang Mantan Non-komersial telah menjadi komoditas di pasar  baru. Ini bisa Ditunjukkan dengan masih adanya sekolah yang menghimpun dana dari orang tua Siswa ditandai dengan  uang komite atau  sumbangan pembangunan. Jadi orang-orang di Kelas menengah ke atas dan mampu untuk mereka yang dapat memperoleh manfaat dari pendidikan, Meskipun pemerintah  menyediakan dana untuk mendukung operasional sekolah (BOS), namun Tidak merata. Belum lagi BOS  tidak sampai  karena rusak. Selain itu, banyak institusi menyediakan layanan pembelian gelar murah tanpa Harus kuliah.

2.     akan sangat bergantung pada teknologi, yang berdampak pada Munculnya “tradisi serba instan”.

 Dengan menggunakan Internet sebagai sarana mencari informasi,

manfaat dapat diperoleh, termasuk pengumpulan informasi yang komprehensif dalam waktu  singkat. Namun, hal ini justru menimbulkan dampak negatif  bagi pengguna, khususnya bagi pelajar. Ketergantungan yang berlebihan pada internet cenderung membuat mereka  semakin  malas karena mereka hanya membutuhkan akses internet untuk mendapatkan informasi yang mereka inginkan tanpa pengamatan langsung.

3.     Globalisasi akan melahirkan suatu kelompok dalam dunia pendidikan.

Peningkatan mutu pendidikan  harus dilakukan sesuai dengan kondisi  masyarakat Indonesia saat ini. Masih banyak orang Indonesia di bawah garis kemiskinan. Maka untuk menikmati pendidikan  yang berkualitas membutuhkan sumber dana yang besar. Misalnya, untuk belajar program kelas dunia di universitas terkemuka di tanah air, dibutuhkan lebih dari 50 juta dolar, jauh  lebih mahal daripada kursus reguler atau reguler. Jadi hanya bisa dinikmati oleh golongan kelas atau yang mapan. Dan mereka yang  terpinggirkan akan semakin terpinggirkan dan tenggelam dalam arus globalisasi yang semakin berkembang yang bisa menyeret mereka ke jurang kemiskinan. orang dari kalangan atas menyekolahkan anaknya ke sekolah mewah, sedangkan orang dari kalangan berpenghasilan rendah berjuang bahkan menyekolahkan anaknya ke sekolah biasa. Ketimpangan ini dapat menimbulkan kecemburuan dan berujung pada konflik sosial.

 

Kemajuan globalisasi terutama ditandai dengan adanya kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi tentunya sangat berdampak bagi keberadaan aspek kehidupan khususnya dalam bidang pendidikan, baik itu berupa dampak positif ataupun negatif. Hal ini terlihat dengan adanya sekolah-sekolah yang membuka kelas bilingual, dengan diterapkanya bahasa asing seperti bahasa inggris dan bahasa mandarin sebagai mata pelajaran wajib. Selain itu sekolah-sekolah menengah hingga perguruan tinggi sudah banyak yang membuka kelas internasional. Untuk Indonesia hal ini tidak lain dimaksudkan agar tenaga kerja indonesia dapat bersaing di dunia internasional dan menjawab bebagai tantangan glbalisasi. Dengan dimilikinya tenaga-tenaga kerja yang berkualitan, tentunya akan membawa dampak positif tersendiri bagi Indonesia. Indonesia mempu memperbaiki kualitas ekonomi, sehingga mampu masuk jajaran rasasa ekonomi dunia. Namun hal ini tentu sangat membutuhkan perpaduan antara kemampuan otak yang mumpuni dan keterampilan dasar yang tinggi. Salah satu kuncinya adalah dengan globalisasi pendidikan yang dipadukan dengan kekayaan budaya bangsa Indonesia khususnya dengan sumber daya manusianya.

 

Selain itu muncuknya berbagai sumber belajar dan merebaknya media massa, khususnya internet dan media elektronik sebagai sumber ilmu dan pusat pendidikan. Dampak dari hal ini adalah guru bukanya satu-satunya sumber ilmu pengetahuan. Hal ini dapat kita rasakan bahwa para siswa bisa menguasai pengetahuan yang belum dikuasai oleh guru. Oleh karena itu, tidak mengherankan pada era globalisasi ini, wibawa guru khususnya dan orang tua pada umumnya di mata siswa merosot. Disisi lain, pengaruh-pengaruh pendidikan yang mengembangkan kemampuan untuk mengendalikan diri, kesabaran, rasa tanggung jawab, solidaritas sosial, memelihara lingkungan baik sosial maupun fisik, hormat kepada orang tua, dan rasa keberagamaan yang diwujudkan dalam kehidupan bermasyarakat, justru semakin melemah. Sekolah menjadi benteng terakhir yang berperan membendung dampak negatif bawaan yang muncul dari teknologi informasi dan komunikasi yang menjamur tersebut.

 

 

 

 

Daftar Pustaka

https://drive.google.com/file/d/0B5DxaF_9ujxbcnZid3hTRHhMZDg/edit?resourcekey=0-82xzIx5oHOe7inxrGV0XcA

https://www-kompasiana-com.cdn.ampproject.org/v/s/www.kompasiana.com/amp/akbarsidiq








DAMPAK SEKOLAH ONLINE BAGI PENDIDIKAN

Oleh : Zainur Rosiqin 

Di negara kita (Indonesia) bahkan semua dunia sedang dihebohkan dengan Adanya virus corona/coronavirus (Covid-19). Coronavirus ini menyebar di Indonesia pada awal tahun 2020 serta pertama kali ditemukan atau pertama kali timbul di kota Wuhan,China pada akhir Desember tahun lalu (2019). Hal ini mengakibatkan beberapa negara bahkan mungkin di semua negara menerapkan kebijakan buat memberlakukan lockdown pada rangka mencegah penyebaran virus corona tadi. Pandemi COVID-19 memberikan dampak pada banyak pihak, kondisi ini sudah merambah Pada dunia pendidikan,pemerintah pusat sampai  memberikan kebijakan untuk meliburkan seluruh lembaga pendidikan.

 

Kebijakan yang diambil oleh banyak negara termasuk Indonesia dengan meliburkan seluruh aktivitas pendidikan, membuat pemerintah dan lembaga terkait harus menghadirkan alternatif proses pendidikan bagi peserta didik maupun mahasiswa yang tidak bisa melaksanakan proses pendidikan pada lembaga pendidikan. Sekolah dan  juga pihak sekolah mulai mengganti strategi pembelajaran yang awalnya merupakan tatap muka dengan diganti menjadi pembelajaran non-tatap muka atau ada yg menyebut pembelajaran online serta pula pembelajaran jarak Jauh (PJJ). Berbagai contoh pembelajaran yg dapat digunakan guru buat membantu peserta didik belajar di rumah. Pemerintah menyediakan berbagai perangkat lunak pembelajaran yang dapat diakses dan  digunakan oleh pengajar dan  peserta didik. Media pembejaran online atau disebut dengan e-learning adalah media penunjang pendidikan serta bukan sebagai media pengganti pendidikan.

 

Perubahan yg terjadi secara cepat dan  mendadak sebagai dampak penyebaran Covid-19 membuat seluruh orang dipaksa buat mengunakan teknologi. Melalui teknologi inilah satu satunya jembatan yang dapat menghubungkan pengajar dan  peserta didik dalam pembelajaran tanpa wajib  tatap muka. Belajar dari rumah secara daring masih sangat asing bagi masyarakat di indonesia. Belajar dari rumah artinya hal baru yang masyarakat di Indonesia apalagi bagi orang tua siswa yg mempunyai pekerjaan serta mengharuskan buat berada diluar rumah. Siswa yang biasa melakukan pembelajaran secara tatap muka pula akan mengalami masalah psikologis. Kegiatan belajar dari rumah ini belum pernah terjadi serta dilakukan sehingga keefektifan pembelajaran secara daring ini belum terukur serta belum teruji.

 

Pada desa-desa yg infrastuktur informasi serta teknologinya belum memadai untuk Dilakukannya pembelajaran secara daring menjadi kebingungan sehingga kendala dan tantangan bermunculan pada awal pembelajaran tetapi yg menjadi kendala utamanya adalah ketidak tersediaan sarana prasarana dalam belajar online mulai dari tak stabilnya Jaringan, tak banyak siswa yang memiliki handphone serta pengetahuan yang minim dalam mengoperasikan tekonologi pendukung tersebut. Selain kendala, ada pula beberapa peluang yang terjadi dampak pembelajaran daring. Efisiensi waktu serta biaya pada pembelajaran daring pula sebagai Kelebihan tersendiri, dimana pendidik juga peserta didik bisa melakukan pembelajaran Jarak jauh dimana saja serta kapan saja. Peserta didik tidak perlu menghabiskan saat berjam-jam Buat belajar di kelas.

 

Pembelajaran online (daring) memang unggul dalam feasibility saat serta tempat , bisa berasal mana saja serta kapan saja. Tetapi demikian bukan berarti tanpa kelemahan, contohnya : Cepat lelah, capek, kurang induktif, kurang kontekstual, tidak bisa utuh, hubungan semu dan  terutama sulit buat menjangkau implementasi PPK (Penguatan, Pendidikan Karakter) bagi Pembelajar. Menggunakan sistem pembelajaran jarak jauh, peserta didik tidak diharuskan atau diwajibkan buat datang ke sekolah maupun kampus buat melaksanakan pembelajaran. Banyak sarana yang di akhirnya diterapkan sang tenaga pendidik buat melaksanakan kegiatan belajar mengajar secara jarak jauh. Sarana pembelajaran jeda jauh tersebut tak Dapat dihindari asal perkembangan teknologi informasi dan  komunikasi. Tugas mencerdaskan serta menghasilkan bangsa ini berkarakter itu bukan hanya Kementerian Pendidikan serta kebudayaan, apalagi pada masa Covid-19. Tentu, problem koneksi internet semestinya sebagai domain Kementerian Komunikasi serta info, lalu problem kesehatan jelas berada di koordinasi Kementerian Kesehatan.

 

Penerapan kebijakan belajar mengajar jarak jauh dari rumah atau belajar online nampaknya tidak menjadi persoalan bagi sebagian perguruan tinggi yg sudah mempunyai sistem akademik berbasis daring. Menjadi masalah bagi sebagian perguruan tinggi lain yg tidak memiliki sistem tersebut. Pada level pendidikan dasar, menengah dan  atas secara teknis proses pembelajaran jarak jauh juga banyak mengalami kendala. Peserta didik berasal famili yg tidak mempunyai akses internet atau bahkan tak memiliki handphone akan ketinggalan pembelajaran ketika tugas belajar disampaikan melalui aplikasi WhatsApp atau yg lainnya. Menyikapi syarat seperti itu, pihak sekolah seharusnya memberikan kebijaksanaan, misalnya dengan memberikan tugas dalam bentuk kertas kerja.

 

Selain itu akibat lain dirasakan oleh peserta didik dari belajar asal rumah ialah beban pelajaran terlalu banyak. Pada saat yang sama siswa dituntut buat bisa mencermati serta menelaah materi pelajaran sendiri dengan cepat. Kalaupun diberikan ruang bertanya kepada pengajar melalui pesan aplikasi WhatsApp itu dirasakan tidak relatif waktu. Serta, yang paling simpel diamati oleh orang tua peserta didik, belajar mengajar dari rumah juga membuat peserta didik menjadi gampang bosan karena tidak mampu berinteraksi langsung dengan guru dan  teman-temannya.

 

Karena itu, dengan belajar dari rumah, orang tua dituntut untuk memaksimalkan perannya dalam mendampingi putra-putrinya. Terutama Bila mereka masih usia pra-Sekolah Dasar dan SD. Karena pada usianya sifat mereka unik, energik, aktif, manja dan  egosentris (keakuan) tinggi. Pada sinilah orang tua seharusnya dapat mendalami karakter putra-putrinya sehingga pendampingan proses pembelajaran dari rumah berlangsung dengan baik serta menyenangkan.

 

Pembelajaran di rumah memungkinkan sebagian orang tua stress dalam mendampingi anak apabila kurang memahami karakter anak. Orang tua merasa bahwa anak susah diatur, maunya main saja, malas belajar. Selain menghadapi perilaku anak dalam mendampingi belajar di rumah, orang tua juga dituntut dapat menjelaskan banyak hal terkait dengan materi pelajaran, sementara tidak semua orang tua siap untuk itu. Belum lagi jika anaknya banyak dan  orang tua harus bekerja untuk mencari nafkah, orang tua menjadi lebih pusing. Tidak jarang ditemukan orang tua memberikan pendampingan belajar kepada putra-putrinya menggunakan cara keras, mengancam, memaksakan kehendak, atau bahkan menggunakan memukul Bila anak tidak menurut. Bila hal ini terjadi setiap hari maka ini akan menjadi momok bagi anak dalam belajar, meskipun tujuan orang tua baik agar anak disiplin dan  pandai . Pola asuh yang demikian akan membuat anak menjadi penakut, pemalu, pendiam, gemar melanggar aturan, pendendam dan  kurang mempunyai inisiatif.

 

Oleh sebab itu orang tua wajib  berhati-hati pada melakukan pendekatan selama mendampingi anak belajar di rumah. Orang tua seharusnya dapat memperlakukan anak dengan kasih sayang, sabar, menerima anak apa adanya, tidak menghakimi, tidak memaksakan kehendak, menyampaikan kebebasan dan  menghargai, serta toleransi putra-putrinya. Dengan demikian tak akan ditemui momok pendidikan yg menakutkan sebaliknya akan tercipta suasana belajar yang menyenangkan selama belajar di rumah.

 

Pembelajaran secara online harusnya mendorong siswa menjadi kreatif, mengakses sebesar mungkin ilmu pengetahuan, dan  membuat karya. Bukan membebani siswa dengan tugas yg bertumpuk setiap hari. Banyak faktor yang Mengganggu terlaksananya efektifitas pembelajaran daring ini, antara lain :

1.     Jaringan Internet yang Lambat

 satu masalah utama yang banyak dihadapi oleh siswa maupun mahasiswa adalah Jaringan internet yang lambat. Padahal, pembelajaran daring membutuhkan jaringan Internet yang cukup kuat mengingat media yang digunakan berupa Zoom, Google Meet, Skype dan aplikasi lainnya untuk menghadiri video conference.

2.      Kuota Internet yang Mahal

Selain jaringan internet yang sangat lambat terutama untuk mereka yang berada di daerah-daerah pedalaman atau di luar Pulau Jawa, tantangan dan halangan belajar online selanjutnya adalah harga kuota internet yang terlalu mahal bagi sebagian besar Orang.

3.     Lokasi rumah tidak terjangkau jaringan internet, termasuk quota internet murid Minimalis,

4.     Media pembelajaran yang digunakan para guru dominan monoton dan membuat para murid merasa jenuh atau bosan. Kemudian,

5.     Pembelajaran dominan belum interaktif,

6.     Karakter ataupun perilaku para murid sulit dipantau,

7.     Pembelajarannya cenderung tugas online,

 

Pada dasarnya pandemi Covid-19 memberikan dampak-dampak yg bisa melemahkan aktivitas manusia pada umumnya. Tidak bisa dipungkiri pada awalnya banyak rakyat yang beranggapan bahwa masa pandemi Covid-19 ialah masa yang menyulitkan umat manusia. Tanpa kita sadari banyak sisi-sisi positif yang dapat kita petik dari pandemi Covid-19 yang sedang melanda dunia hingga hari ini. Akibat yang dirasakan memang sangat nyata dan  bisa dirasakan oleh setiap orang. Tetapi, masyarakat tidak bisa menjadikan pandemi Covid-19 sebagai sebab untuk tidak melaksanakan kegiatan terutama dalam bidang pendidikan.

 

 

 

Daftar Pustaka

https://surveymeter.org/id/node/568

https://e-journal.uniflor.ac.id/index.php/JPM/article/download/732/752/1674

https://osf.io/ucm56/download






CARA MEMBENTUK KARAKTER ANAK DARI USIA DINI

Oleh : Zainur Rosiqin

 Pendidikan anak usia dini sangat perlu untuk memperhatikan dan menerapkan pendidikan karakter demi masa depan anak – anak Indonesia yang lebih baik. Dengan pendidikan karakter itu diharapkan pula anak – anak tumbuh paripurna atau sempurna. Pada usia 0 - 6 tahun, pada periode ini otak anak sedang berkembang dengan sangat pesat. Mereka akan mampu menyerap dengan cepat segala sesuatu yang dilihat atau didengarnya. Tahun-tahun pertama kehidupan anak merupakan kurun waktu yang sangat penting dan kritis dalam hal tumbuh kembang fisik, mental, dan fsiko sosial, yang berjalan sedemikian cepatnya sehingga keberhasilan tahun-tahun pertama untuk sebagian besar menentukan hari depan anak. Pemerintah telah menunjukkan kemauan politiknya dalam pembangunan sumberdaya manusia sejak dini. Pendidikan anak usia dini merupakan penentu pembentukan karakter manusia Indonesia di dalam kehidupan berbangsa.

 Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah jenjang pendidikan sebelum pendidikan dasar merupakan suatu upaya pembinaan yang ditujukan bagi anak sejak lahir sampai dengan usia 6 tahun. Yang dilakukan melalui simulasi atau rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani rohani agar memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut, yang diselenggarakan pada jalur formal, informal dan non formal. Pengertian karakter menurut pusat bahasa Depdiknas adalah bawaan, hati, jiwa, kepribadian, budi pekerti, perilaku, personalitas, sifat, tabiat, temperamen, watak. Adapun berkarakter adalah berkepribadian, berperilaku , bersipat, dan berwatak. Menurut Tadkiroatun Musfiroh (UNJ, 2008) karakter mengacu kepada serangkaian sikap, perilaku, motivasi, dan keterampilan.

 Karakter berasal dari bahasa Yunani yang berarti “to mark” atau menandai dan memfokuskan bagaimana mengaflikasikan nilai kebaikan dalam bentuk tindakan atau tingkah laku, sehingga orang yang tidak jujur, kejam, rakus, dan perilaku jelek lainnya dikatakan orang berkarakter jelek. Sebaliknya orang yang perilakunya sesuai dengan kaidah moral disebut dengan berkarakter mulia. Konsep pendidikan karakter dapat dilihat pada contoh karakter mulia yang berarti memiliki pengetahuan tentang potensi dirinya, yang ditandai dengan nilai nilai, seperti reflektif, percaya diri, rasional, logis, kritis, analitis, kreatif, dan inovatif, mandiri, hidup sehat, bertanggung jawab, cinta ilmu, sabar, berhati-hati, rela berkorban, pemberani, dapat dipercaya, jujur, menepati janji, adil, rendah hati, malu berbuat salah, perhati lembut , pemaap, setia, bekerja keras, tekun, ulet, gigih, teliti, berpikir positip, disiplin, ansisipatif, inisiatif, visioner, bersahaja, betrsemangat, dinamis, hemat efisisien, menghargai waktu, pengabdian, pengendalian diri, produktif, ramah ,estetis, sportif, tabah, terbuka tertib.

Karakteristik adalah realisasi perkembangan positip sebagai individu (intelektual, emosional, sosial, etika, dan perilaku). Individu yang memiliki karakter baik atau unggul adalah seseorang yang berusaha melakukan hal-hal yang terbaik terhadap Tuhan YME, dirinya, sesama lingkungan, bangsa dan negara serta dunia Internasional pada umumnya dengan mengoptimalkan potensi pengetahuan dirinya disertai dengan kesadaran, emosi dan motovasinya.

Pentingnya Pendidikan karakter Anak Usia Dini

Pembentukan karakter merupakan salah satu tujuan Pendidikan nasional. Pasal 1 UUD Sisdiknas tahun 2003 menyatakan bahwa diantara tujuan pendidikan nasional adalah mengembangkan potensi peserta didik untuk memiliki kecerdasan, kepribadian, dan ahlak mulia.

Amanah UU Sisdiknas tahun 2003 bermaksud agar pendidikan tidak hanya membentuk insan Indonesia yang cerdas, namun juga kepribadian atau karakter, sehingga nantinya akan lahir generasi bangsa yang tumbuh dan berkembang dengan karakter yang bernapas nilai-nilai luhur bangsa serta agama. Selain itu, Undang-Undang No. 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak dan Pasal 26 tentang Kewajiban & Tanggung Jawab Orangtua dan Keluarga untuk Mengasuh, memelihara, mendidik dan melindungi anak serta menumbuh-kembangkan anak sesuai dengan kemampuan, bakat dan minatnya.

 Pendidikan bertujuan melahirkan insan cerdas dan berkarakter kuat itu, juga sejalan dengan pendapat Dr. Martin Luther King, Yakni : “Intelligence pus character... that is the goal of true educatio” (kecerdasan yang berkarakter adalah tujuan akhir pendidikan yang sebenarnya).Memahami pendidikan karakter. Pendidikan karakter adalah pendidikan budi pekerti plus, yaitu pendidikan yang melibatkan aspek pengetahuan, perasaan, dan tindakan. Menurut Thomas Lickoma, tanpa ketiga aspek ini, maka pendidikan karakter tidak akan efektif.

Dengan pendidikan karakter yang diterapkan secara sistematis dan berkelanjutan, seorang anak akan menjadi cerdas emosinya, Kecerdasan emosi ini adalah bekal yang penting dalam mempersiapkan anak menyongsong masa depan, karena seseorang akan lebih mudah dan berhasil menghadapi segala macam tantangan kehidupan, termasuk tantangan untuk berhasil secara akademis.

Dasar pendidikan karakter ini, sebaiknya dimulai di usia kanak – kanak atau yang biasa disebut oleh para ahli Psikologi sebagai usia emas (Golden Age), karena usia ini terbukti sangat menentukan kemampuan anak dalam mengembangkan potensinya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sekitar 50% variabiitas kecerdasan orang dewasa sudah terjadi ketika anak berusia 4 tahun. Peningkatan 30% berikutnya terjadi pada usia 8 tahun, dan 20 % sisanya pada pertengahan atau akhir dasawarsa merupakan lingkungan pertama bagi pertumbuhan karakter anak.

Selain itu, Saat usia dini, lebih mudah membentuk karakter anak. Sebab, ia lebih cepat menyerap perilaku dari lingkungan sekitarnya. Pada usia ini, perkembangan mental berlangsung sangat cepat. Oleh karena itu, lingkungan yang baik akan membentuk karakter yang positif. Pengalaman anak pada tahun pertama kehidupannya sangat menentukan apakah ia akan mampu menghadapi tantangan dalam kehidupannya dan apakah ia akan menunjukkan semangat tinggi untuk belajar dan berhasil dalam pekerjaannya.

Namun bagi sebagian keluarga, barangkali proses pendidikan karakter yang sistematis di atas sangat sulit, terutama bagi sebagian orang tua yang terjebak dengan rutinitas yang padat. Karena itu seyogyanya pendidikan karakter juga perlu diberikan saat anak – anak masuk dalam lingkungan sekolah, terutama sejak play group dan taman kanak-kanak. Disinilah peran guru, yang dalam filosopi jawa disebut digugu dan ditiru, dipertaruhkan, karena guru adalah ujung tombak di kelas, yang berhadapan langsung dengan peserta didik.

 

 

Dampak Pendidikan Karakter

Akhir-akhir ini pendidikan karakter menjadi isue yang hangat dibicarakan. Apa sih dampak dari pendidikan karakter terhadap keberhasilan akademik? Beberapa penelitian bermunculan untuk menjawab pertanyaan ini. Sebagai hasil penelitian Dr Mavin Berkowitz dan University Of Missouri dalam buletin Character Educator, menunjukkan peningkatan motivasi siswa sekolah yang meraih prestasi akademik pada sekolah yang menerapkan pendidikan karakter, kela-kelas yang secara komprehensip terlibat dalam pendidikan karakter menunjukkan penurunan drastis pada perilaku negatif siswa yang dapat menghambat keberhasilan akademik.

Dengan pendidikan karakter seorang anak akan menjadi cerdas emosinya.Kecerdasan emosi adalah bekal terpenting dalam mempersiapkan anak menyongsong masa depan, karena dengannya seseorang akan dapat berhasil dalam menghadapi segala macam tantangan, termasuk tantangan untuk berhasil secara akademis.menurut Joseph Zins, et .al.2001) mengkompilasikan berbagai hasil penelitian tentang pengaruh positip kecerdasan emosi anak terhadap keberhasilan di sekolah.

 Dikatakan ada sederet faktor – faktor resiko yang disebutkan ternyata bukan terletak pada kecerdasan otak, tetapi pada karakter, yaitu, percaya diri, kemampuan bekerja sama, kemampuan bergaul, kemampuan berkonsentrasi, rasa empati dan kemampuan berkomunikasi. Demikian pula pendapat Daniel Goleman tentang keberhasilan seseorang dimasyarakat ternyata 80 % dipengaruhi oleh kecerdasan emosi anak, dan hanya 20 % ditentukan oleh kecerdasan otak (IQ).

Anak- anak yang bermasalah dalam kecerdasan emosinya akan mengalami kesulitan belajar, bergaul tidak dapat mengontrol emosinya . Anak-anak yang bermasalah ini sudah dapat dilihat sejak usia pra sekolah. Dan kalau tidak ditangani akan terbawa sampai usia dewasa. Sebaliknya para remaja yang berkarakter atau mempunyai kecerdasan emosinya tinggi akan terhindar dari masala-masalah umum yang dihadapi oleh remaja seperti kenakalan, tawuran narkoba, mitras, perilaku seks bebas dan sebagainya.

 

Membangun Karakter Anak Usia Dini

Kunci sukses keberhasilan suatu Negara sangat ditentukan oleh sejauh mana masyarakat mempunyai karakter yang kondusif untuk maju yang disebut “modal social“ (social capital). Jadi, bukan ditentukan oleh banyaknya sumber daya alam atau banyaknya jumlah penduduk dan luas geoografisnya. Karakter yang berkualitas perlu dibentuk dan dibina sejak usia dini. Usia dini merupakan masa kritis bagi pembentukan karakter seseorang, penanaman moral melalui pendidikan karakter sedini mungkin kepada anak-anak adalah kunci utama membangun bangsa.

Banyak hal yang harus dilakukan untuk membangun karakter anak usia dini yang diharapkan dapat mengubah perilaku negatif ke positif. Pertama kurangi jumlah mata pelajaran berbasis kognitif dalam kurikulum-kurikulum pendidikan anak usia dini. Pendidikan intelektual (kognitif) yang berlebihan akan memicu pada ketidak seimbangan aspek-asepk perkembangannya.

Kedua, setelah dikurangi beberapa pelajaran kognitif, tambahkan materi pendidikan karakter. Materi pendidikan karakter tidak identik dengan mengasahkan kemampuan kognitif, tetapi pendidikan ini adalah mengarahkan pengasahan kemampuan afektif. Metode pembelajaran karakter ini dilakukan dengan cerita-cerita keteladan seperti kisah-kisah keteladan Nabi-nabi, sahabat-sahabat nabi, pahlawan-pahlawan Islam, dunia, nasional ataupun lokal. Cara lain yang dianggap baik dilakukan adalah dengan contextual learning, yaitu dalam setiap pembelajaran anak-anak diberikan contoh kegiatan yang baik dengan langsung diperlihatkan dalam tindakan-tindakan seluruh pendidik dalam suatu lembaga pendidikan.

Membangun karakter, merupakan proses yang berlangsung seumur hidup. Anak-anak, akan tumbuh menjadi pribadi yang berkarakter jika ia tumbuh pada lingkungan yang berkarakter pula. Dengan begitu, fitrah setiap anak yang dilahirkan suci bisa berkembang optimal. Oleh karenanya ada tiga pihak yang mempunyai peran penting yaitu, keluarga, sekolah, dan komunitas

Pembentukan karakter ada tiga hal yang berlangsung secara terintegrasi. Pertama, anak mengerti baik dan buruk, mengerti tindakan apa yang harus diambil, mampu memberikan prioritas hal-hal yang baik. Kedua, mempunyai kecintaan terhadap kebajikan, dan membenci perbuatan buruk. Kecintaan ini merupakan obor atau semangat untuk berbuat kebajikan. Misalnya, anak tak mau mencuri, karena tahu mencuri itu buruk, ia tidak mau melakukannya karena mencintai kebajikan.

Ketiga, anak mampu melakukan kebajikan, dan terbiasa melakukannya. Lewat proses sembilan pilar karakter yang penting ditanamkan pada anak. Ia memulainya dari cinta Tuhan dan alam semesta beserta isinya; tanggung jawab, kedisiplinan, dan kemandirian; kejujuran; hormat dan santun; kasih sayang, kepedulian, dan kerja sama; percaya diri, kreatif, kerja keras, dan pantang menyerah; keadilan dan kepemimpinan; baik dan rendah hati; toleransi, cinta damai, dan persatuan.

Tujuan mengembangkan karakter adalah mendorong lahirnya anak-anak yang baik. Begitu tumbuh dalam karakter yang baik, anak-anak akan tumbuh dengan kapasitas dan komitmenya untuk melakukan berbagai hal yang terbaik dan melakukannya dengan benar, dan cenderung memiliki tujuan hidup sehingga tercipta karakter manusia yang kondusif untuk maju yang disebut “modal sosial“ (social capital) yang akan menjadi modal menuju keberhasilan suatu negara.

 

Daftar Pustaka

Dozan, Wely, and Laily Fitriani. "Membangun Karakter Anak Usia Dini Melalui Nilai-Nilai Islam Dalam Tradisi Perang Timbung." Murhum: Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini (2020): 1-15.

Suri, Dharlinda. “Penanaman Karakter Anak Usia Dini melalui Lagu Anak-anak Daerah Lampung.” Jurnal Obsesi: Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini 6.2 (2021): 1035-1043.






PERANAN ORANG TUA DALAM MENINGKATKAN BELAJAR ANAK

Oleh: Zainur Rosiqin

Anak merupakan amanat Allah SWT yang dititipkan pada kedua orang tuanya,karena itu anak dilahirkan pada keadaan suci dan bersih. Bagaimana jadinya kelak di kemudian hari bergantung kepada orang tuanya mendidik, membina serta mengarahkan. Pendidikan ialah segala perjuangan orang dewasa dalam pergaulan dengan anak-anak untuk memimpin perkembangan jasmani serta rohaninya ke arah kedewasaan. Bentuk pertama dari pendidikan ada dalam keluarga. Anak mula-mula menerima pendidikan dari orang tua, karena orang tua ialah pendidik utama sekaligus pertama bagi anak-anaknya.

 

Kesadaran orang tua terhadap tanggung jawab dan peranannya sebagai pendidik yg pertama serta utama sangatlah mempengaruhi perkembangan diri anak. Keluarga sebagai unit terkecil dari masyarakat juga merupakan pangkal asal terbentuknya masyarakat. Oleh sebab itu keluarga adalah wadah yang pertama dan mendasar bagi pertumbuhan serta perkembangan anak. Dalam menjalankan fungsinya sebagai pendidik maka untuk mendukung keberhasilan belajar anaknya perlu adanya dorongan atau motivasi dari keluarga terutama orang tuanya sebagai pendidik yg utama.

 

Peran orang tua pada hal ini sangat diharapkan untuk membangun minat serta semangat pada diri anak–anak untuk tetap bersekolah. Minat merupakan semangat yg mendorong orang untuk melakukan apa yang mereka inginkan. Bila mereka melihat bahwa sesuatu akan menguntungkan maka mereka akan berminat. Ini lalu mendatangkan kepuasan. Bila kepuasan berkurang, minat pun akan berkurang. Dalam hal ini minat adalah rasa lebih suka  dan rasa ketertarikan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh. Minat pada dasarnya ialah penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu di luar diri.

 

 

Penerapan nilai perilaku hidup yg diberikan kepada anak-anak mereka bisa memunculkan pengembangan bakat, minat, kepribadian, dan  motivasi anak. Pengasuhan orang tua terhadap anaknya dapat berpengaruh terhadap pembentukan karakter serta sikap anak itu sendiri. Jika ada kesalahan pengasuhan, maka akan berdampak di anak ketika telah dewasa. motivasi diartikan sebagai kekuatan, dorongan, kebutuhan, semangat, tekanan, atau prosedur psikologis yang mendorong seorang atau sekelompok orang buat mencapai prestasi tertentu sesuai dengan yang dikehendakinya.

 

Para orang tua menyadari pentingnya motivasi anak sebagai bentuk dukungan orang tua terhadap proses perkembangan belajar anak. Semua orang tua berupaya menyampaikan motivasi pada anak agar mereka merasa diperhatikan serta dapat dukungan dari orang tua dalam proses belajar. Dengan demikian, anak lebih bersemangat belajar dan  dapat hasil belajar yang lebih baik.

 

Di sisi yang lain, peran strategis tersebut ternyata tidak banyak disadari oleh orang tua, karena mayoritas merasa sudah memberikan pendidikan terhadap putra-putrinya dengan memasukkannya ke lembaga pendidikan (sekolah). Alasannya cukup beragam, contohnya kesibukan kerja yang menyita waktu ataupun kurangnya penguasaan terhadap materi pelajaran. Padahal dibutuhkan kerja sama yang harmonis demi mewujudkan kesuksesan pendidikan anak antara penyelenggara pendidikan dan orang tua. Terlebih pada masa pandemi ini ketika pembelajaran wajib  dilaksanakan secara daring (online).

 

Beberapa upaya yang dapat dilakukan orang tua untuk meningkatkan perannya terhadap pendidikan anak diantaranya:

pertama, menentukan sekolah sesuai keinginan dan bakat anak. Hal ini bisa dilakukan dengan mencari info sedetail mungkin tentang sekolah-sekolah yang diinginkan anak. Sesuaikan lembaga tersebut dengan minat serta talenta anak.

Kedua, menentukan sekolah yang mengikutsertakan orang tua. lembaga pendidikan yang baik tentu memperbolehkan partisipasi orang tua sebagai bagian dari sinergi dengan sekolah demi kesuksesan anak.

Ketiga, mendampingi proses belajar anak. Pendampingan orang tua terhadap proses belajar anak tentu sangat dibutuhkan. Terlebih pada masa pandemi dengan sistem pembelajaran online sekarang ini. Walaupun tidak mudah membagi waktu apalagi dengan pekerjaan, tetapi wajib  disadari bahwa pendidikan anak juga merupakan investasi orang tua yang akan membawa manfaat yang besar  buat anak maupun orang tuanya kelak.

Keempat, memotivasi anak. Orang tua harus memberi motivasi pada anak untuk menumbuhkan kepercayaan  diri serta semangat kuat dalam jiwanya. Orang tua dapat menggunakan istilah-istilah sederhana yang mudah dipahami anak untuk menjelaskan pentingnya belajar, juga menyampaikan pujian ketika mereka berhasil. Menanamkan rasa percaya diri memang bukan hal yang mudah, inilah sebabnya orang tua harus memulainya sedini mungkin.

Kelima, memberikan kasih sayang dan  perhatian. Hal ini bisa dilakukan dengan menunjukkan perhatian dalam keseharian.Orang tua wajib  memastikan bahwa anak mengetahui dan  menyadari bahwa mereka dicintai orang tuanya. Anak-anak yang senang  berkesempatan lebih besar  untuk menjadi anak yang berprestasi dalam hidupnya.

Keenam, Memenuhi kebutuhan sekolah. Hal ini tentu diperlukan untuk menunjang keberhasilan dan kesuksesan anak dalam proses pendidikannya.

 

Orang tua dapat juga menerapkan beberapa tips berikut dalam proses pendampingan belajar anak.

1.     menyediakan tempat belajar yang nyaman dan  kondusif.

2.     mematikan televisi dan  tidak memainkan gadget ketika menemani anak belajar.

3.     hindari suasana tegang ketika anak tidak kunjung memahami suatu materi supaya

tak tertekan. kata-kata bernada tinggi tidak akan membawa akibat positif bagi perkembangan prestasi anak.

4.     Monitor perkembangan nilai anak tanpa membandingkan dengan saudaranya yang lain atau teman-temannya. Kelima, mengutamakan kualitas belajar, tidak terpaku pada durasi belajar saja.

 

Jadi tidak hanya peran guru dan  lingkungan yg krusial namun peran orang tua pula memegang peranan yang sangat penting dalam prestasi belajar anak. Oleh sebab itu orang tua harus lebih memperhatikan anak-anak mereka, melihat potensi dan  talenta yang ada pada anak mereka, memberikan sarana dan  prasarana buat mendukung proses pembelajaran mereka pada sekolah serta selalu memotivasi anak supaya tetap semangat dalam belajar. Para orang tua juga diharapkan dapat melakukan semua itu dengan niat yang lapang dada buat menciptakan generasi yang memiliki moral yang baik dan  wawasan yang tinggi dan  semangat pantang menyerah.

 

Jadi, peran orang tua sangatlah penting dalam mendukung proses pembelajaran. Peran orang tua dalam memotivasi siswa yang baik akan meningkatkan minat belajar siswa yang baik pula yang tentunya akan memengaruhi hasil belajar serta prestasi sekolah. Berdasarkan hasil penelitian ini diketahui masih sangat dibutuhkan sebuah dukungan aneka macam pihak buat menaikkan motivasi belajar peserta didik dalam mengikuti pembelajaran

 

Daftar Pustaka

https://ejournal.unugha.ac.id/index.php/pancar/article/download/291/237

https://ejournal.unesa.ac.id › ...PDF Peran Orang Tua Dalam Meningkatkan Minat Belajar Anak Usia Sekolah Dasar ...

https://almaata.ac.id/pentingnya-peran-orang-tua-terhadap-pendidikan-anak/

https://radarsemarang.jawapos.com › ...Peran Penting Orang Tua Terhadap Pendidikan Anak – Radar Semarang

 



 Perubahan Kurikulum dan Dampaknya Terhadap Mutu Pendidikan

Oleh: Zainur Rosiqin

 

Kurikulum di Indonesia

Perubahan kurikulum dari tahun ke tahun merupakan kebijakan yang diambil pemerintah.  Alasan pemerintah melakukan perubahan kurikulum pendidikan yang baru adalah untuk meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia. Akan tetapi tujuan dari pemerintah tidak selalu sejalan dengan kenyataan di lapangan.

Guru Besar Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Prof Dr Nanang Fattah mengatakan, pemerintah jangan banyak melakukan perubahan. Terlalu sering melakukan perubahan kurikulum pendidikan dinilai kurang efektif dan efisien. Beliau mengatakan bahwa prubahan kurikulum yang terlalu sering dinilai kurang efektif dan efisien bagi pendidikan Indonesia.

“Kurikulum jangan banyak diubah. Selain membingungkan juga kurang efektif. Perubahan kurikulum hanya ramai di atas, sedangkan di bawah tenang-tenang saja atau kurang banyak terpengaruh,”

Menurut Nanang, sejak 1984 sudah terjadi perubahan kurikulum hingga 10 kali. Seringnya perubahn kurikulum tersebut dinilai kurang banyak berpengaruh pada kemajuan pendidikan. “Perubahan kurikulum tidak banyak membawa pengaruh. Terutama pada guru, cara mengajarnya tidak pernah berubah,” ujarnya.

Nanang berharap, pemerintah tidak banyak melakukan perubahan kurikulum pendidikan. ”Daripada banyak melakukan perubahan kurikulum, lebih baik “kompetensi guru yang diperkuat”. Karena keberhasilan pendidikan banyak dipengaruhi oleh guru,” ujarnya.

Ia meyakini, bila kompetensi dan kualitas guru dapat ditingkatkan, hal itu akan banyak berpengaruh pada perkembangan dunia pendidikan.

“Skill guru harus terus ditingkatkan, agar kemampuanya dalam mengajar dapat diperbaiki,” tegas Nanang.

Selain itu, menurut Nanang, guru juga harus kreatif dan inovatif dalam mengajar. “Guru harus mampu mereduksi konten-konten kurikulum yang kurang sesuai dengan kebutuhan siswa atau sekolah,” ujarnya.

Perubahan Kurikulum di Indonesia

Perubahan kurikulum didunia pendidikan indonesia beserta tujuan yang ingin dicapai dapat diuraikan sebagai berikut:

·       Kurikulum 1947

Kurikulum pertama di masa kemerdekaan namanya Rencana Pelajaran 1947. Ketika itu penyebutan lebih populer menggunakan Leer Plan (Rencana pelajaran) ketimbang istilah Curriculum dalam bahasa inggris. Rencana pelajaran 1947 bersifat politis, yang tidak mau lagi melihat dunia pendidikan masih menerapkan kurikulum belanda, yang orientasi pendidikan dan pengajarannya di tujukan untuk kepentingan kolonialis belanda. Rencana pelajaran 1947 ini lebih mengutamakan pendidikan watak, kesadaran bernegara, dan masyarakat daripada pendidikan pikiran. Materi pelajaran duhubungkan dengan kejadian sehari-hari,  perhatiaan terhadap kesenian, dan pendidikan jasmani. Pada masa itu juga di bentuk kelas Masyarakat yaitu sekolah khusus bagi lulusan SR 6 tahun yang tidak melanjutkan ke SMP.  Kelas masyarakat mengajarkan keterampilan, seperti pertanian, pertukangan, dan perikanan. Tujuannya, agar anak yang tak mampu sekolah ke jenjang SMP, bisa langsung bekerja.

·       Kurikulum 1952

Pada tahun 1952 ini di beri nama Rentjana Pelajaran terurai 1952. Kurikulum ini sudah mengarah  pada suatu sistem pendidikan nasional. Yang paling menonjol dan sekaligus ciri dari kurukulum 1952 ini bahwa setiap rencana pelajaran harus memperhatikan isi pelajaran yang dihubungkan dengan kehidupan sehari-hari.

 

Fokusnya pada pengembangan daya cipta, rasa, karsa, karya dan moral (pancawardhana). Mata pelajaran diklasifikasikan dalam lima kelompok bidang studi: moral, kecerdasan, emosional, keprigelan (keterampilan), dan jasmaniah. Pendidikan dasar lebih menekankan pada pengetahuan dan kegiatan fungsional praktis.

 

·       Kurikulum 1964

Kali ini diberi nama Rentjana Pendidikan 1964. Pokok-pokok pikiran kurikulum 1964 yang menjadi ciri dari kurikulum ini adalah bahwa pemerintah mempunyai keinginan agar rakyat mendapat pengetahuan akademik untuk pembekalan pada jenjang SD, sehingga pembelajaran dipusatkan pada program Pancawardhana yang meliputi pengembangan daya cipta, rasa, karsa, karya, dan moral.

 

Mata pelajaran diklasifikasikan dalam lima kelompok bidang studi : moral, kecerdasan, emosional, keprigelan (keterampilan), dan jasmaniah. Pendidikan dasar lebih menekankan pada pengetahuan dan kegiatan fungsional praktis.

 

·       Kurikulum 1968

Kurikulum 1968 merupakan pembaharuan dari kurikulum 1964, yaitu dilakukannya perubahan struktur kurikulum pendidikan dari pancawardhana menjadi pembinaan jiwa Pancasila, pengetahuan dasar, dan kecakapan khusus. Kurikulum 1968 merupakan perwujudan dari perubahan orientasi pada pelaksanaan UUD 1945 secara murni dan konsekuen. Dari segi tujuan pendidikan, kurikulum 1968 bertujuan bahwa pendidikan di tekankan pada upaya untuk membentuk manusia pancasila sejati, kuat, dan sehat jasmani, mempertinggi kecerdasan dan keterampilan jasmani, moral, budi pekerti, dan keyakinan beragama. Isi pendidikan diarahkan pada kegiatan mempertinggi kecerdasan dan keterampilan, serta mengembangkan fisik yang sehat dan kuat.

 

·       Kurikulum 1975

Kurikulum 1975 menekankan pada tujuan, aagar pendidikan lebih efisien dan efektif. “yang melatarbelakangi adalah pengaruh konsep di bidang manajemen, yaitu MBO (Management By Objective) yang terkenal saat itu. Metode, materi, dan tujuan pengajaran di rinci dalam Prosedur Pengembangan Sistem Intruksional (PPSI). Jaman ini di kenal istilah “Satuan Pelajaran”, yaitu rencana pelajaran setiap satuan bahasan. Setiap satuan pelajaran dirinci lagi: petunjuk umum, Tujuan Instruksional Khusus (TIK), materi pelajaran, alat pelajaran, kegiatan belajar mengajar, dan evaluasi.

 

Pada kurikulum kegiatan ini juga menekankan pada pentingnya pelajaran matematika sebagai pedoman untuk melakukan kegiatan sehari-hari.

 

 

·       Kurikulum 1984 (kurikulum CBSA)

Kurikulum 1984 mengusung Process Skill Approach. Meski mengutamakan pendekatan proses, tapi faktor tujuan tetap penting. Kurikulum ini juga sering disebut “Kurikulum 1975 Yang Disempurnakan”. Posisi siswa ditempatkan sebagai subjek belajar. Dari mengamati sesuatu, mengelompokkan, mendiskusikan, hingga melaporkan. Model ini disebut Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA) atau Student Aktive Learning (SAL).

 

Kurikulum 1984 ini berorientasi kepada tujtuan interaksional. Didasari oleh pandangan bahwa pemberian pengalaman belajar kepada siswa dalam waktu belajar yang sangat terbatas di sekolah harus benar-benar fungsional dan efektif. Oleh karena itu, sebelum memilih atau menentukan bahan ajar, yang petama harus dirumuskan adalah tujuan apa yang harus dicapai siswa.

 

·       Kurikulum 1994

Kurikulum 1994 dibuat sebagai penyempurnaan kurikulum 1984 dan dilaksanakan sesuai UU no. 2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Hal ini berdampak pada sistem pembagian waktu pelajaran, yaitu dengan mengubah dari sistem semester ke sistem caturwulan. Tujuan pengajaran lebih menekankan pada pemahaman konsep dan keterampilan menyelesaikan soal dan pemecahan maslah.

 

·       Kurikulum 2004 (KBK)

Kurikulum ini lebih dikenal dengan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK). Pendidikan berbasis kopetensi menitikberatkan pada pengembangan kemampuan untuk melakukantugas-tugas tertentu sesuai dengan standar performance yang telah ditetapkan. Hal ini dapat diartikan bahwa pendidikan mengacu pada upaya penyiapan individu yang mampu melakukan perangkat kompetensi yang telah ditentukan. Kurikulum ini berorientasi pada hasil dan dampak dari proses pendidikan serta keberagaman individu dalam menguasai semua kopetensi.

 

·       Kurikulum 2006 (KTSP)

Kurikulum 2006 ini dikenal dengan sebutan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Awal 2006 uji coba KBK dihentikan, muncullah KTSP. Tinjauan dari segi isi dan proses pencapaian target kompetensi pelajaran oleh siswa hingga teknis evaluasi tidaklah banyak perbedaan dengan kurikulum 2004. Perbedaan yang paling menonjol adalah guru lebih diberikan kebebasan untuk merencanakan pembelajaran sesuai dengan lingkungan dan kondisi sekolah berada. Hal ini dapat disebabkan kerangka dasar (KD), standar kompetensi lulusan (SKL), standar kompetensi dan kompetensi dasar (SKKD) setiap mata pelajaran untuk setiap satuan pendidikan telah ditetapkan oleh Depertemen Pendidikan Nasional.

 

·       Kurikulum 2013

Kurikulum 2013 merupakan kurikulum berbasis kompetensi yang pernah digagas dalam rintisan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) 2004, tapi belum terselesaikan karena desakan untuk segera mengimplementasikan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006. Selain itu penataan kurikulum pada kurikulum 2013 dilakukan sebagai amanah dari UU No.20 tahun 2003 tentang pendidikan nasional dan peraturan presiden N0. 5 tahun 2010 tentang rencana pembangunan jangka menengah nasional.

 

Faktor yang Mempengaruhi Pengembangan Kurikulum

Berikut faktor-faktor yang mempengaruhi berkembangnya kurikulum:

1.     Tantangan masa depan diantaranya meliputi arus globalisasi, masalah lingkungan hidup, kemajuan teknologi informasi, kovergensi ilmu dan teknologi, dan ekonomi berbasis ilmu pengetahuan.

 

2.     Kompetensi masa depan yang diantaranya meliputi kemampuan berkomunikasi, kemampuan berfikir jernih dan kritis, kemampuan mempertimbangkan segi moral, kemampuan menjadi kewarganegaraan yang efektif, dan kemampuan mencoba untuk mengerti dan toleran terhadap pandangan yang berbeda.

 

3.     Fenomena sosial yang mengemuka, seperti perkelahian pelajar, narkoba, korupsi, plagiarisme, kecurangan dalam berbagai jenis ujian, dan gejolak sosial (social unrest).

 

 

4.     Persepsi publik yang menilai pendidikan selama ini terlalu menitik beratkan pada aspek kognitif, beban siswa yang terlalu berat, dan kurang bermuatan karakter.

 

Dampak Perubahan Kurikulum

Perubahan kurikulum berdampak baik dan buruk bagi mutu pendidikan, dimana dampak baiknya yaitu pelajar bisa belajar dengan mengikuti perkembangan zaman yang semakin maju tapi didukung dengan faktor-faktor seperti kepala sekolah,guru,tenaga pengajar,siswa didik bahkan lembaga itu sendiri. Dimana kepala sekolah harus berhubungan baik dengan atasannya dan membina hubungan baik dengan bawahannya, lalu guru juga harus bermutu, maksudnya gurunya harus memberi pelajaran yang dapat dicerna oleh peserta didik, lalu siswa juga harus bermutu,maksudnya siswa dapat belajar dengan baik,giat belajar serta kritis dalam setiap pelajaran.

Dampak negatifnya adalah mutu pendidikan menurun dan perubahan kurikulum yang begitu cepat menimbulkan masalah-masalah baru seperti menurunya prestasi siswa, hal ini dikarenakan siswa tidak dapat menyesuaikan diri dengan sistem pembelajaran pada kurikulum yang baru. Perubahan ini juga berdampak pada sekolah dimana visi dan misi suatu sekolah yang sedang ingin dicapai terganggu dengan perubahan kurikulum tersebut.

 

 

 

 

Sumber :

Hernawan, Asep, dkk. (2008). Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Universitas Terbuka.

Sukmadinata, Nana S. (2009). Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek. Bandung: PT.



 

 

                                     POLA BELAJAR PADA ANAK USIA DINI

Oleh : Zainur Rosiqin

 

Hakikat pendidikan dalam konteks pembangunan nasional mempunyai fungsi pemersatu bangsa, penyamaan kesempatan, dan pengembangan potensi diri.UU RI No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional meru-pakan dasar hukum penyeleng-garaan dan reformasi sistem pendidikan nasional, serta memuat visi, misi, fungsi, tujuan dan strategi pembangunan pendidikan nasional.

Pendidikan merupakan usaha sadar untuk menciptakan lingkungan yang memungkinkan perkem-bangan optimal dari potensi yang dibawa lahir para peserta didik sejak dini. Pendidikan anak usia dini (PAUD) sebagai bagian dari usaha sadar melaksanakan pem-bangunan manusia seutuhnya, sejak dekade terakhir telah mengambil tempat yang sentral dalam membangun masyarakat Indonesia. Pendidikan anak usia dini sudah mengalami perubahan paradigma. PAUD yang mutakhir mencakup usaha sadar dari seluruh masya-rakat, sekolah, pemerintah, swasta dalam melakukan tugas pendidikan.

Pendidikan yang dilakukan pada anak usia dini pada hakikatnya adalah upaya memfasi-litasi perkembangan anak secara menyeluruh atau menekankan pada pengembangan seluruh aspek kepribadian anak. Perkembangan anak usia dini merupakan pening-katan kesadaran dan kemampuan anak untuk mengenal dirinya dan berinteraksi dengan lingkungannya seiring dengan pertumbuhan fisik yang dialaminya. Pendidikan bagi anak usia dini menjembatani agar proses perkembangan anak tidak mengalami kendala atau hambatan pada masa perkembangannya yang sangat diperlukan untuk modal berinteraksi dengan ling-kungannya.

Oleh karena itu, pendidikan anak usia dini telah menjadi perhatian berbagai kalangan, baik para orang tua, para ahli pendidikan, masyarakat, dan pemerintah. Perhatian yang begitu besar terhadap pendidikan anak usia dini dapat dimengerti karena berbagai hasil penelitian menyim-pulkanbahwa perkembangan yang diperoleh pada masa usia dini sangat mempengaruhi perkem-bangan anak pada tahap berikutnya dan dapat meningkatkan produktivitas kerja di masa dewasa.

Namun, dalam kenyataan sehari-hari, praktik pembelajaran PAUD, misalnya di Taman Kanak-Kanak, telah menjadi permasa-lahan di Indonesia pada beberapa tahun terakhir ini. Hal ini disebabkan pola pembelajaran yang dilaksanakan cenderung bersifat akademis, yaitu pembelajaran yang lebih menekankan pada pencapaian kemampuan anak dalam membaca, menulis, dan berhitung. Pembel-ajaran kurang memperhatikan usia dan tingkat perkembangan anak. Kecenderungan ini disebabkan antara lain oleh pemahaman yang keliru terhadap konsep pembel-ajaran awal pada anak usia dini. Padahal seharusnya pembelajaran yang dilakukan pada anak usia dini adalah untuk mengembangkan seluruh potensi meliputi fisik, kognitif, bahasa, sosio-emosional.

Menurut Tedjasaputra (2007) pendidikan yang hanya berorien-tasi pada kemampuan akademis membuat anak didik tidak sejahtera hidupnya, sebab anak dipaksa sebelum waktunya. Hal ini kurang sesuai dengan karakteristik anak. Pembelajaran harus bersifat menye-luruh tidak menitikberatkan pada aspek-aspek tertentu, yang meru-pakan tuntutan sekolah dasar. Oleh karena itu, pelaksanaan pembel-ajaran perlu dikembangkan ke arah pembelajaran sesuai dengan dunianya dengan menerapkan konsep belajar melalui bermain. Meskipun perhatian yang begitu besar dari berbagai pihak, namun PAUD di indonesia ternyata masih banyak memiliki berbagai persoalan.

Dalam pendidikan anak usia dini, terdapat sebutan yang berbe-da untuk istilah pendidik, akan tetapi memiliki makna yang sama. Untuk tingkat TK dan SD, yang mengajar di sana disebut dengan panggilan guru, istilah pamong belajar dipergunakan bagi mereka yang mengajar di Sanggar Kegiatan Belajar yang menyelenggarakan pendidikan kelompok bermain. Selain itu, ada istilah lain yang maknanya sama yaitu tutor, fasilitator, bunda, ustad. Semua istilah tersebut mengacu pada pengertian satu, yaitu para pendidik anak usia dini.

Istilah pendidik pada hakikat-nya terkait sangat erat dengan istilah guru secara umum. Guru diidentifikasi sebagai : (1) orang yang memiliki kharisma atau wibawa hingga perlu untuk ditiru dan diteladani, (2) orang dewasa yang secara sadar bertanggung jawab dalam mendidik, mengajar dan mendidik anak,(3) orang yang memiliki kemampuan merancang program pembelajaran serta mampu menata dan mengelola kelas, dan (4) suatu jabatan atau propesi yang memerlukan keahlian khusus. (Sujiono, 2009:10).

Agar dapat melaksanakan kewajiban pendidik, yaitu mencip-takan suasana pendidikan yang bermakna, menyenangkan, kreatif, dinamis, dan dialogis, mempunyai komitmen secara profesional untuk meningkatkan mutu pendidikan, dan memberi teladan dan menjaga nama baik lembaga, profesi, dan kedudukan sesuai dengan keperca-yaan yang diberikan kepadanya, seorang pendidik berdasarkan PP No 19 Tahun 2005: Standar Nasional Pendidikan BAB VI, dituntut memiliki sejumlah kompetensi, yaitu kompetensi pedagogis, kompetensi kepriba-dian, kompetensi profesional, dan kompetensi sosial.

 

Penyelenggaraan Pendidikan Anak Usia Dini

Penyelenggaraan PAUD dapat dilakukan dalam bentuk formal, nonformal, dan informal. Masing-masing bentuk penyelenggaraan memiliki kekhasan sendiri-sendiri. Penyelenggaraan bentuk formal adalah TK atau RA dan lembaga sejenis, jalur nonformal diselengga-rakan oleh masyarakat atas kebutuhan masyarakat sendiri, khususnya bagi anak yang tidak terlayani pada jalur formal. Sedangkan jalur informal diseleng-garakan oleh keluarga atau ling-kungan. Adapun tujuan pendi-dikan informal adalah memberi-kan keyakinan agama, menanam-kan nilai budaya, nilai moral, etika, dan kepribadian, estetika serta peningkatan pengetahuan dan keterampilan peserta didik dalam rangka mencapai tujuan pendi-dikan nasional. Adapun satuan pendidikan bagi anak usia dini yang dikenal oleh masyarakat kita sekarang ini adalah TK atau Raudhatul Atfhal (RA), kelompok bermain, Taman Penitipan Anak (TPA), Pos PAUD. Setiap satuan pendidikan anak usia dini memiliki karakteristik yang berbeda, baik layanan program, persyaratan tenaga edukatif, dan lain-lainnya. Namun, pada dasar-nya tujuan utamanya sama yaitu mengoptimalkan semua potensi yang dimiliki oleh anak.

 

Problematika Pendidikan Anak Usia Dini

Perhatian berbagai pihak terhadap pendidikan anak usia dini saat ini begitu antusias. Pemerintah dan masyarakat telah melakukan berbagai usaha untuk meningkat-kan pendidikan anak usia dini di Indonesia. Namun demikian, pendidikan anak usia dini masih banyak menghadapi problematika. Problematika tersebut begitu kom-pleks dan memiliki keterkaitan. Beberapa persoalan tersebut, menurut Suyanto, (2005:241-243), antara lain berkaitan dengan : (1) perekonomian yang lemah, (2) kualitas asuhan rendah, (3) program intervensi orang tua yang rendah, (4) kualitas PAUD yang rendah, (5) kuantitas PAUD yang kurang, dan (6) kualitas pendidik PAUD rendah.Dan menurut hemat penulis permasalahan yang tak kalah pentingnya adalah masalah (7) regulasi atau kebijakan pemerintah tentang pengelolaan PAUD.

 Pertama, secara kuantitas penduduk Indonesia masih banyak yang hidup dalam taraf kemis-kinan. Menurut data BPS sebagai banyak dilansir oleh media masa, pada tahun 2009 kurang lebih 32,7 % rakyat Indonesia miskin. Dengan demikian, lebih dari 32,7 % anak usia dini hidup dalam keluarga miskin. Dalam keadaan ekonomi yang begitu sulit, orang tua si anak tidak dapat memenuhi kebutuhan hidupnya dengan layak. Selain itu, banyak anak usia dini yang seharusnya mendapatkan bantuan mengembangkan potensi yang dimilikinya, terpaksa mencari uang untuk memenuhi kebutuhan keluarganya. Misalnya, di kota-kota besar terlihat anak usia dini yang berprofesi sebagai pengemis, pemulung, dan lain-lain. Dengan begitu, anak tidak mendapat pelayanan pendidikan yang benar karena tidak memiliki biaya, yang akhirnya sibuk mencari uang untuk membantu ekonomi keluarganya.

Kedua, akhir-akhir ini, di media masa diberitakan masih banyak kasus ibu yang tega membuang anaknya begitu ia dilahirkan, bahkan tega membunuh anak kandungnya sendiri. Begitu banyak alasan yang mereka kemukakan mengapa mereka melakukan tindakan tersebut, mulai dari rasa malu karena bayi tersebut merupakan hasil hubungan gelap sampai kepada rasa khawatir karena tidak akan mampu merawat, mengurus dan membiayainya.

Ketiga, program intervensi untuk membantu keluarga dengan anak usia dini masih rendah. Program Pos Pelayanan Terpadu belum dapat memenuhi kebutuhan mereka. Bahkan, program ini di beberapa daerah hampir tidak dilaksanakan. Istilah yang tepat untuk kehidupan Posyandu adalah hidup enggan mati tak mau. Sebagai bukti nyata, terdapat banyak bayi yang kekurangan gizi tidak terdeteksi oleh petugas kesehatan.

 

 

 

 

 

 

Daftar Pustaka

 

Saepudin, Asep. “Problematika Pendidikan Anak Usia Dini di Indonesia.” Cakrawala Dini: Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini 4.1 (2013).

Kurniasari, Netty Dyah. "Pola Pembelajaran dan Pengasuhan Pendidikan Anak Usia Dini di PAUD Madura." Jurnal Komunikasi 10.1 (2016): 113-118.

 







                                         PENTINGNYA MENUNTUT ILMU

Oleh : Zainur Rosiqin

 

Menuntut ilmu adalah kewajiban setiap muslimin dan muslimah. Ilmu yang wajib diketahui oleh setiap muslim setiap manusia wajib untuk belajar baik melalui jalur pendidikan formal informal maupun non formal, karena belajar merupakan kunci untuk memperoleh ilmu pengetahuan. Tanpa belajar maka tidak ada ilmu pengetahuan yang dapat diperoleh. Semakin perlunya manusia akan ilmu pengetahuan, maka perkembangan sangat pesat dari waktu ke waktu sehingga kemajuan suatu bangsa diukur dari tingkat kemajuan pengetahuan dan teknologi karena semakin maju ilmu pengetahuan dan teknologi suatu bangsa semakin maju taraf hidup dan kesejahteraan penduduknya.

Untuk merubah pola kehidupan yang lebih baik tersebut maka dibutuhkannya pendidikan. Pendidikan menjadi bagian terpenting dalam kelangsungan hidup suatu bangsa. Undang undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003 Bab II Pasal 3 tentang sistem pendidikan nasional menyatakan bahwa “pendidikan nasional berfungsi mengembangkan dan membentuk watak bangsa, sehingga pendidikan bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab”. Karena pendidikan adalah segala situasi hidup yang mempengaruhi pertumbuhan individu sebagai pengalaman belajar (Sagala, 2013).

Pendidikan yang kita dapat haruslah berkualitas, untuk mencapai hal tersebut diperlukan keterikatan komponen-komponen pendidikan yang saling berkaitan antara lain peserta didik, pendidik, sarana prasarana, dan pembelajaran (Sagala, 2013).

Pembelajaran merupakan salah satu proses yang sangat mempengaruhi dalam mencapai pendidikan yang berkualitas. Pembelajaran sendiri merupakan suatu proses yang kompleks dan melibatkan berbagai aspek yang saling berkaitan. Proses pembelajaran, melibatkan tiga aspek penting, yaitu pedagogis, psikologis dan didaktis. Pada aspek psikologis dalam proses belajar siswa memiliki taraf perkembangan berbeda dan dalam proses belajarnya bervariasi, seperti belajar menghafal, belajar keterampilan motorik, belajar konsep, dan belajar sikap. Seorang guru dituntut memahami siswanya dengan berbagai macam dan keunikannya serta perbedaan agar mampu membantu dalam menghadapi kesulitan belajar (Mulyasa, 2005).

 

Proses pembelajaran juga banyak hambatan dan tantangan dalam implementasinya. Salah satu bentuk tantangannya ialah pada proses belajar, yakni dalam diri siswa sendiri telah terbangun berbagai gagasan dan konsep tentang segala yang mereka terima dari lingkungannya, akibatnya, siswa tidak masuk ruang kelas dengan pemikiran yang kosong, tetapi mereka datang dengan adanya pengetahuan atau gagasan dari konsep

Pengetahuan berpikir kritis didapat dengan memberikan berbagai permasalahan yang harus diselesaikan oleh siswa sebagai suatu tantangan proses pembelajaran, sebagaimana dalam Ormond (2008), tantangan proses pembelajaran bukan hanya sekedar tantangan pengaruh pendidikan eksternal, tetapi juga tantangan internal. Setiap anak memiliki perbedaan. Masing masing siswa seringkali mengonstruksi makna yang berbeda terhadap stimuli ataupun peristiwa yang sama, sebagian karena masing-masing membawa pengalaman dan pengetahuan sebelumnya yang unik tentang situasi tersebut.

Penerapan kurikulum 2013 dengan pendekatan saintifik yang mengutamakan berfikir kritis sangatlah sesuai dengan tujuan pembelajaran yang sesungguhnya dan diperlukan pendekatan pembelajaran yang tepat untuk menjawab tantangan-tantangan tersebut sehingga diharapkan tercapainya siswa unggul yang sesuai cita-cita bangsa.

 Krulik dan Rudnick (1993), mendefinisikan berpikir kritis adalah berpikir yang menguji, menghubungkan, dan mengevaluasi semua aspek dari situasi masalah. Termasuk di dalam berpikir kritis adalah mengelompokkan, mengorganisasikan, mengingat dan menganalisis informasi. Berpikir kritis memuat kemampuan membaca dengan pemahaman dan mengidentifikasi materi yang diperlukan dengan yang tidak ada hubungannya.

Dengan kemampuan berfikir kritis, diharapkan dapat mematangkan kemampuan siswa yang terpengaruh dari tantangan eksternal dan intenal proses pembelajaran. Berpikir kritis mencangkup peroses mendapatkan, membandingkan, menganalisa, mengevaluasi dan bertindak dalam nilai-nilai pada ilmu pengetahuan tersebut salah satunya yakni melalui latihan dalam memecahkan peroses sederhana. Sesuai dengan karaketristiknya, berpikir kritis memerlukan latihan yang salah satunya dengan membiasakan mengerjakan soal-soal yang mengembangkan keterampilan berpikir kritis.

Ilmu dapat diumpamakan sebagai hewan liar, bila tidak dijaga dengan baik maka ilmu akan kabur melarikan diri. Contoh nyata, mengapa kita lupa tentang materi yang telah kita pelajari di sekolah dasar atau sekolah menengah? Karena kita kita tidak menjaga ilmu itu dengan baik-baik. Bila ilmu itu dijaga baik-baik maka ilmu itu akan jinak, dan jika sudah jinak maka ia akan datang kapanpun dan dimanapun pemilik ilmu itu mau.

            Ilmu yang bermanfaat dan berkah adalah ilmu yang akan senantiasa membawa pemiliknya kepada suatu kebaikan-kebaikan. Manusia yang paling baik adalah manusia yang bermanfaat untuk manusia yang lain (HR. Thabrani dan Daruquthni). Kebermanfaatan ilmu dapat kita lihat jika kita mampu mengamalkan ilmu yang telah kita dapatkan. Berusaha untuk selalu bermanfaat dalam kebaikan, sekecil apapun itu. Ilmu yang diamalkan tidak akan hilang. Ilmu yang diamalkan justru akan terus bertambah. Tidak ada alasan satupun bagi kita untuk pelit dalam berbagi ilmu. Dan jadilah untuk senantiasa menambah ilmu setiap hari, dan berenanglah di lautan faedah (Syekh Az-Zurnuji).

            Menurut Syekh Az-Zurnuji dalam kitabnya Ta’limul Muta’allim, ilmu yang bermanfaat adalah ilmu yang bisa menghantarkan pemiliknya pada ketaqwaan terhadap Tuhan YME. Ilmu manfaat tidak mungkin bisa didapatkan kecuali dengan 6 syarat yang harus dilengkapi oleh pencarinya. 6 syarat tersebut adalah:

1.     Cerdas, artinya kemampuan untuk menangkap ilmu, bukan berarti IQ harus tinggi walaupun dalam mencai ilmu IQ yang tinggi sangat menentukan sekali, asal akalnya mampu menangkap ilmu maka sudah memenuhi syarat pertama ini. Akal kita laksana pedang, semakin sering diasah dan dipergunakan, maka pedang akan semakin mengkilat dan tajam,namun bila hanya didiamkan maka akan tumpul dan karatan. Begitupun dengan akal kita.

2.     Semangat, artinya sungguh-sungguh dengan bukti ketekunan. Mencari ilmu tanpa kesemangatan dan ketekunan tidak akan menghasilkan apa-apa.

3.     Sabar, artinya tabah dalam menghadapi cobaan dan ujian dalam mencari ilmu. Manusia hidup tidak mungkin terlepas dari cobaan dan ujian. Sebagai manusia yang baik, kita hanya perlu menyadari bahwa skenario Tuhan lebih indah dari segalanya. Tuhan tidak akan memberikan cobaan melebihi kemampuan umatnya. Maka hendaknya sebagai pencari ilmu, jangan mengeluh dengan banyaknya tugas karena itu adalah sebuah proses dalam mendapatkan ilmu, dan sabar adalah kunci untuk menjalaninya.

4.     Biaya, artinya seorang pencari ilmu harus rela mengeluarkan biaya. Dalam keadaan ini bukan berarti hanya orang kaya yang berhak mencari ilmu, semua berhak mendapatkan ilmu. Biaya disini maksudnya adalah bahwa memang hakikatnya biaya diperlukan untuk memenuhi kebutuhan pokok pelajar. Perlu diingat, bahwa biaya digunakan untuk kebutuhan, bukan untuk pemenuhan keinginan.

5.     Petunjuk guru, artinya seseorang yang belajar harus dengan bimbingan guru. Guru adalah orang tua kedua setelah ayah dan ibu kita. Mencari ridho guru sangat diperlukan untuk mendapatkan berkah dari ilmu yang kita peroleh. Tidak akan sukses seseorang tanpa ada ridho dari guru, sang perantara ilmu.

6.     Lama, artinya belajar untuk mendapatkan suatu ilmu memerlukan sebuah proses. Lama bukan berarti mencari ilmu tanpa target. Seseorang yang belajar harus memiliki target dan selalu berusaha untuk melunasi target-target yang telah dibuatnya. Karena sukses adalah proses, maka jangan lelah dalam berproses.

Bila gajah mati meninggalkan gading, maka manusia mati meninggalkan sejarah. Manusia bukanlah gajah yang tidak berakal, begitupun gajah bukanlah manusia yang tidak bergading. Yang berharga dari gajah adalah kekuatan fisik, sedangkan yang berharga dari manusia adalah kekuatan pekerti dan ilmunya. Ilmu akan selalu hidup sepanjang hayat meskipun manusia telah tiada. Jadi jangan pernah lelah untuk menuntut ilmu. 

 

Hikmah Menuntut Ilmu

 

Selain bisa mengangkat derajat, ilmu juga bisa menurunkan derajat manusia hingga membawa kehancuran. Nuklir atau senjata modern yang digunakan menghancurkan negara yang tak jelas dosanya, menjadikan pelakunya mendapat cemoohan dan hujatan, sehingga wibawa kemanusiaanya tak dihargai lagi dunia. Contohnya Amerika Serikat dan Israel serta sekutunya, hingga kini citranya buruk di mata dunia.

Hikmah lainnya, ilmu menjadi bukti kontribusi bagi peradaban dunia. Sejarah Islam telah  menunjukkan hal tersebut. Misalnya tentang ilmu al-jabar atau algoritma dikembangkan oleh Al-Khawarizmi; bidang kedokteran oleh Avicenna (Ibnu Sinna); bidang ilmu sosial dan filsafat oleh Averroes (Ibnu Rusyd); bidang sejarah dan sosiologi oleh Ibnu Khaldun; bidang ilmu jiwa dan spiritual oleh Imam Al-Ghazali; bidang politik dan kosmologi oleh Farabi dan Al-Kindi; bidang hukum dan ekonomi Islam oleh para fuqaha(Imam Ja`far Ash-Shadiq, Imam Asy-Syafi`i, Imam Ahmad bin Hambali, Imam Malik bin Anas, dan Abu Hanifah); bidang sastra dan bahasa oleh Ibnu Thufail; dan tokoh-tokoh muslim lainnya.

Di masa sekarang pun kita mengetahui beberapa tokoh muslim yang berhasil mendapatkan penghargaan dunia atau nobel, seperti Abdussalam dalam bidang sains dan Muhammad Yunus di bidang pemberdayaan masyarakat.

Mereka menjadi terkenal di dunia ilmu pengetahuan karena ketekunannya dalam menuntut ilmu sehingga berhasil meraih prestasi yang gemilang. Para tokoh tersebut tetap saja dikenang meski telah wafat. Jelaslah bahwa dengan menuntut ilmu dan belajar,  derajat manusia terangkat dan menjadi teladan sepanjang sejarah. Karena itu, sungguh tidak sesuai dengan landasan agama bila seorang muslim tidak belajar atau menuntut ilmu sepanjang hidupnya. 

 

 

 

 

Daftar Pustaka

 

Darani, Nurlia Putri. “Kewajiban Menuntut Ilmu dalam Perspektif Hadis.” Jurnal Riset Agama 1.1 (2021): 133-144.

Khasanah, Wikhdatun. “Kewajiban Menuntut Ilmu dalam Islam.” Jurnal Riset Agama 1.2 (2021): 296-307.

Wahyudin, Aceng Wandi, and Yuda Nugraha. “SOSIALISASI PENTINGNYA KESUNGGUHAN DALAM MENUNTUT ILMU MELALUI BEDAH FILM NEGERI 5 MENARA DI SMPN 2 CIAWI.” Perpustakaan (2022): 1-8.

 

 





PENDIDIKAN MENGUNAKAN INTERNET

Oleh : Zainur Rosiqin

Pendidikan merupakan alat yang digunakan untuk membentuk sumber daya manusia yang berkualitas. Guru memiliki peran penting dalam pendidikan dan dalam pembelajaran di kelas. Guru adalah juru kunci dalam pembelajaran. Mengapa demikian?. Guru sebagai fasilitator yang menyampaikan materi pembelajaran kepada siswa. 

 

Guru dalam menyampaikan materi tidak terlepas dari media dan sumber belajar. Dalam hal ini, perkembangan teknologi dan informasi (TIK) juga menjadi penunjang dalam pembelajaran.  Peran dan pengaruh  teknologi dan informasi (TIK) ini sangat besar bagi kehidupan menusia, lebih khususnya bagi peserta didik dan guru. Adanya teknologi dan informasi (TIK) ini dapat menunjang pembelajaran berlangsung kreatif dan inovatif. Adapun salah satu yang dapat digunakan sebagai media pembelajaran adalah internet.

 

Pembelajaran berbasis internet ini menuntut guru untuk memiliki keterampilan dibidang teknologi dan informasi. Selain itu, dukungan dari sekolah juga berperan untuk mewujudkan pembelajaran berbasis internet. Tanpa dukungan sekolah dan kreatifitas guru dalam mewujudkan pembelajaran berbasis internet tidak akan ada peningkatan kualitas pembelajaran. Pembelajaran berbasis internet diharapkan mampu membuat pembelajaran menjadi aktif, kreatif, dan memotivasi peserta didik untuk mencari hal- hal yang baru. 

 

Melalui internet guru dapat menyampaikan materi pembelajaran dengan  mudah. Begitu pun juga peserta didik, mereka akan mudah menerima materi pembelajaran yang disampaikan oleh guru. Pembelajaran berbasis internet dilakukan dengan memanfaatan aplikasi pendidikan dalam internet sebagai sarana penunjang pembelajaran secara tepat. Oleh sebab itu, diperlukan penggunaan media yang tepat dalam pembelajaran, seperti komputer, LCD, dan sebagainya. 

 

Salah satu contoh penggunaan media internet adalah pembelajaran melalui e- mail . Dengan e- mail guru dan peserta didik dapat berkomunikasi melalui tulisan dari jarak yang jauh. Selain itu, internet menghadirkan alat pembelajaran seperti e- library yang merupakan perpustakaan online yang berisikan banyak informasi tentang ilmu pengetahuan dan membuat peserta didik lebih mudah dalam mengakses sumber pengetahuan dalam waktu yang luas. Dengan begitu  peserta didik mampu memeberantas keterbatasannya dalam menemukan pengetahuan baru.

 

Pembelajaran internet ini bukan menjadi pembelajaran pokok. Pembelajaran internet dapat terwujud melalui perangkat pembelajaran seperti RPP, silabus, materi pembelajaran, media pembelajaran, dan evaluasi pembelajaran. Penerapan pembelajaran internet ini dapat dilakukan dengan berbagai cara. 

 

Misalnya dalam pembelajaran bahasa Indonesia dengan KD (kompetensi dasar) “menganalisis teks novel secara lisan maupun non lisan” dapat menjadi bahan diskusi antara peserta didik yang satu dengan peserta didik yang lain. Melalui diskusi, peserta didik dapat saling membelajarkan satu sama lain. 

 

Mereka dapat saling memberi masukan dan bertukar pikiran satu sama lain. Misalnya  tugas yang diberikan guru berupa mencari unsur intrinsik novel secara berkelompok dan mereka tidak dapat bertemu untuk mengerjakan tugas tersebut mereka dapat memanfaatkan media internet dengan cara chatting dalam mengerjakan tugas yang telah diberikan guru. 

 

Selain itu, peserta didik juga dapat mencari bahan atau materi tentang unsur intrinsik yang belum atau tidak mereka ketahui di internet. Pembelajaran internet secara tepat akan menunjang kualitas peserta didik secara maksimal. Namun, hal tersebut harus dilakukan secara terkontrol. Sebab media internet cangkupannya sangat luas, banyak hal tersedia diinternet. 

 

Oleh sebab itu, guru harus mengontrol penggunaan aplikasi internet yang digunakan siswa  agar pembelajaran berlangsung baik dan sesuai dengan tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Dengan demikian, adanya internet tersebut dapat membantu peserta didik dan guru dalam pembelajaran sehingga kualitas pembelajaran dapat meningkat.

 

 

Perkembangan teknologi Internet dalam kehidupan sehari-hari memiliki dampak yang luar biasa positif di berbagai aspek kehidupan, termasuk juga di dalam dunia pendidikan. Sistem pendidikan yang didukung dengan teknologi Internet telah menghasilkan metode pembelajaran jarak jauh yang dapat digunakan oleh pihak pengajar dan pelajar di sekolah. Oleh karena itu, saat ini Internet memiliki peran penting sebagai sarana penunjang perkembangan kualitas pendidikan di Indonesia.

Manfaat utama yang didapatkan dari kegunaan Internet di bidang pendidikan adalah sebagai sarana mencari informasi. Terlebih lagi, informasi yang terdapat di Intenet lebih update dari buku maupun perpustakaan. Dapat dikatakan bahwa hampir semua informasi mengenai pendidikan dapat kita akses melalui internet, antara lain seperti materi pelajaran, kurikulum, silabus, soal-soal pelajaran maupun cara mengerjakannya. Selain itu, internet juga mempermudah kamu untuk mencari referensi literatur, hanya dengan mengetikkan kata kunci sesuai dengan kebutuhan kamu, maka kamu akan langsung mendapatkan informasi yang sesuai dengan kata kunci literatur tersebut.

Selain itu, pemanfaatan teknologi Internet yang sedang marak dilakukan saat ini adalah sistem pendidikan jarak jauh. Pendidikan jarak jauh ini dapat ditemukan di sejumlah universitas yang menyediakan program kuliah online, memungkinkan mahasiswanya untuk melaksakan kuliah tanpa harus hadir ke universitas tersebut. Kita juga dapat mengakses modul pembelajaran dari jarak yang jauh tanpa khawatir dimanapun kita berada. Internet juga memiliki peran penting untuk para pelajar dalam mencari beasiswa. Melalui internet, kamu dapat dengan mudah mengakses informasi mengenai beasiswa di dalam maupun di luar negeri secara lebih luas.

 

 

 

 

 

 

Daftar Pustaka

 

Darani, Nurlia Putri. “Kewajiban Menuntut Ilmu daPerspektif Hadis.” Jurnal Riset Agama 1.1 (2021): 133-144.

Khasanah, Wikhdatun. “Kewajiban Menuntut Ilmu dalam Islam.” Jurnal Riset Agama 1.2 (2021): 296-307.

Wahyudin, Aceng Wandi, and Yuda Nugraha. “SOSIALISASI PENTINGNYA KESUNGGUHAN DALAM MENUNTUT ILMU MELALUI BEDAH FILM NEGERI 5 MENARA DI SMPN 2 CIAWI.” Perpustakaan (2022): 1-8.

 

 







PENTINGNYA PENDIDIKAN PADA ANAK PEDALAMAN

Oleh : Zainur Rosiqin

Pendidikan mempunyai peran penting dalam meningkatkankualitas sumber daya manusia (SDM) dengan kemampuan berpikirlogis, analistis, sistematis, kritis dan kreatif agar mampu bertahanhidup pada keadaan yang selalu berubah, tidak pasti dan kompetitif(Depdiknas, 2006:9). Sejalan dengan cita-cita bangsa Indonesia dalammewujudkan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupanbangsa. Tidak dapat terelakkan lagi bahwa saat ini pendidikan sudahmenjadi kebutuhan hidup masyarakat.

Meskipun kebutuhan akanpendidikan setiap orang tidak sama, baik jenjang maupun tempatpendidikannya. Pembangunan pendidikan merupakan salah satuprioritas utama dalam agenda pembangunan nasional. Karena itu,pemerintah berkewajiban untuk memenuhi hak setiap warga negaradalam memperoleh layanan pendidikan guna meningkatkan kualitashidup bangsa Indonesia sebagaimana diamanatkan oleh UUD 1945,yang mewajibkan pemerintah bertanggung jawab dalam mencerdaskan kehidupan bangsa dan menciptakan kesejahteraan umum.

Demikianjuga warga negara di daerah terpencil atau terbelakang sertamasyarakat yang terpencil berhak memperoleh pendidikan layanankhusus (pasal 5 ayat 2, 3 dan 4). Lebih jauh dijelaskan bahwa,“Pendidikan wajib belajar 9 tahun bagi anak usia 7 sampai 15 tahunharus diselenggarakan oleh pemerintah (pusat), pemerintah daerah, danmasyarakat tanpa dipungut biaya.

Namun, Beberapa permasalahan terjadi dalam penyelenggaraanpendidikan, khususnya di daerah Terdepan, Terpencil dan Tertinggal (3T) di antaranya; persedian tenaga pendidik, distribusi tidakseimbang, insentif rendah, kualifikasi dibawah standar, guru-guru yangkurang kompeten, serta ketidaksesuaian antara kualifikasi pendidikandengan bidang yang ditempuh, penerapan kurikulum di sekolah belumsesuai dengan mekanisme dan proses yang standarkan. Permasalahan lainnya adalah angka putus sekolah juga masih relatif tinggi.

Tidak dapat dipungkiri bila anak-anak yang tinggal di daerahpedalaman atau daerah 3T sangat sulit mendapatkan kehidupan yanglayak seperti anak-anak pada umumnya. Mengenyam pendidikansesuai batas kelayakan Indonesia mereka tidak merasakannya, apalagimengikuti perkembangan zaman dan teknologi. Mungkin dari merekajuga tidak mengenal gadget atau alat komunikasi canggih yang adapada saat ini.

Hal yang paling utama dan menjadi sorotan utama adalah besarnyakesulitan mereka untuk mendapatkan pendidikan layak danmengenyam pendidikan wajib selama 12 tahun. Faktanya tak semuasalah mereka, kesulitan dalam manjangkau lokasi sekolah juga  . Perjalanan yang berpuluh-puluh kilometer danminimnya alat transportasi bahkan berjalan kaki menuju ke sekolahdengan tanpa alas kaki.

 Kurangnya tenaga pendidik yang kompeten,penerapan kurikulum yang belum sesuai dengan standar, serta masihminimnya fasilitas sekolah yang mendukung proses pembelajaran jugamenjadi sorotan.

Berangkat dari sejumlah permasalahan yang disebutkan di ataspendidikan di daerah 3T perlu dikelola secara khusus dan sungguh sungguh supaya bisa maju sejajar dengan daerah lain. Hal ini bisaterwujud bila ada perhatian dan keterlibatan dari semua komponenbangsa ini, baik yang ada di daerah maupun di pusat. Selain itu,kebijakan pembangunan pemerintah daerah dan pusatmemperioritaskan daerah 3T itu. Menteri Pendidikan Nasionalmenegaskan daerah 3T memiliki peran strategis dalam memperkokohketahanan nasional dan keutuhan Negara kesatuan Republik Indonesia.

Mengingat pendidikan merupakan salah satu cara untukmemajukan bangsa Indonesia dan merupakan salah satu fungsipemerintah dengan memberikan pelayanan kepada masyarakat, baikkesehatan maupun pendidikan. Sangat dibutuhkan peran pemerintahdalam memantau dan menangani permasalahan pendidikan di daerah pedalaman agar lebih layak dan lebih baik dari sebelumnya.Pelaksanaan pendidikan yang merata adalah pelaksanaan programpendidikan yang dapat menyediakan kesempatan yang seluas-luasnyabagi seluruh warga negara Indonesia untuk dapat  .

Pemerataan dan perluasan pendidikan atau biasa disebutdengan perluasan kesempatan belajar merupakan salah satu sasarandalam pelaksanaan pembangunan nasional. Hal ini dimaksudkan agar setiap anak mendapatkan kesempatan yang sama untuk memperoleh pendidikan. Kesempatan memproleh pendidikan tersebut ridak dapat dibedakan menurut jenis kelamin, status sosial, agama, suku dan ras,maupun letak geografis.

Dalam propernas tahun 2000-2004 yang mengacu kepada GBHN1999-2004 mengenai kebijakan pembangunan pendidikan pada poin pertama menyebutkan “mengupayakan perluasan dan pemerataan memperoleh pendidikkan yang bermutu tinggi bagi seluruh rakyat Indonesia menuju terciptanya manusia Indonesia yang berkualitas tinggi dengan peningkatan

anggaran pendidikan yang berart”. Dan pada salah satu tujuan pelaksanaan pendidikan Indonesia adalah untuk pemerataan kesempatan mengikuti pendidikan bagi setiap warga negara.

Sejalan dengan proses pemerataan pendidikan, peningkatan mutu untuk setiap jenjang pendidikan melalui persekolahan juga dilaksanakan. Peningkatan mutu ini diarahkan pada peningkatan mutu dan lulusan, proses pembelajaran, guru, sarana dan prasarana, serta anggaran yang digunakan untuk menjalankan pendidikan. Adapun solusi dari masalah pendidikan di Indonesia terutama di daerah terpencil sebagai berikut:

1.     Pembangunan gedung sekolah secara merata.Seperti kita ketahui bersama,saat ini pembangunan gedung sekolahan yang selalu diutamakan adalah yang berada di perkotaan.Bangunan gedung sekolahan yang lama dilakukan rehabilitasi sehingga menelan biaya yang besar.Daripada dana tersebut digunakan untuk membiayai program rehabilitasi gedung yang sudah ada sebelumnya,alangkah bijaknya kalau dimanfaatkan atau dialihkan untuk pembangunan gedung sekolahan yang belum ada di setiap penjuru pelosok daerah.Sudah saatnya pembangunan gedung sekolahan dibuat merata tanpa membedakan mana yang berada di kota maupun mana yang berada di desa.Semua memiliki hak dan kesempatan yang sama untuk memperoleh fasilitas gedung sekolahan demi kenyamanan dalam belajar.

 

2.     Pembagian buku-buku pelajaran secara gratis.Buku adalah sumber ilmu.Ketika pemerintah memberlakukan biaya setinggi-tingginya untuk harga sebuah buku,itu sama artinya dengan membatasi kemauan seseorang dalam membuka wawasan pengetahuan mereka.Pihak pemerintah harusnya menjalankan sebuah program pembagian buku secara gratis kepada seluruh anak-anak yang ada di Indonesia.Tentu saja program ini harus dibarengi dengan program minat baca buku.Karena kualitas minat baca di Indonesia masih tergolong sangat rendah.Hal ini lah yang menjadi penyebab mengapa negara Indonesia tidak maju dan berkembang.Melalui buku,Indonesia pasti bisa membuka wawasan dunia.

 

3.     Program pembagian peralatan sekolah secara gratis.Telah kita ketahui bersama bahwa masih banyak warga negara yang tidak mampu dalam memenuhi kebutuhan peralatan sekolah.Anak-anak sekolah di seluruh penjuru tanah air berhak mendapatkan fasilitas peralatan sekolah dari pemerintah secara gratis.Hal ini dimaksutkan untuk menunjang kegiatan belajar mereka,selain itu sebagai bentuk pemberian dukungan agar mereka lebih bersemangat dalam menuntut ilmu di sekolahan.

4.     Pemenuhan kebutuhan guru di berbagai pelosok daerah.Gurumerupakan elemen penting dalam dunia pendidikan.Tanpa adanyaguru yang berkualitas maka mustahil seorang anak dapat terdidik dengan baik.Ketika banyak guru honorer yang bekerja secara ikhlas di berbagai daerah,maka seharusnya pihak pemerintah tanggap dalam menyejahterakan kehidupan mereka yaitu dengan memberikan tunjangan guru sewajarnya.Hal ini perlu dilakukan agar guru dapat lebih bersemangat lagi dalam mendidik dan mengajar anak-anaknya.Bagi guru PNS yang sering melakukan pelanggaran kode etik pegawai,maka tidak ada salahnya untuk ditugaskan berdinas di pelosok daerah.Tentu saja hal ini dimaksutkan agar mereka lebih bertanggung jawab dalam mengemban tugasnya.

5.     Peningkatan fasilitas infrastruktur akses menuju sekolahan.Saat inimasih banyak kita jumpai anak-anak yang pergi bersekolah harus melewati berbagai medan jalan yang berbahaya bagi mereka.Tak jarang dari mereka yang pergi ke sekolah dengan menyeberangi sungai,berjalan di jembatan yang rapuh,hingga bergelantungan melalui pohon dan tebing yang curam.Dalam hal ini pihak pemerintah wajib menelusuri satu per satu kondisi akses jalan menuju sekolahan,sehingga tahu mana yang seharusnya

diutamakan untuk pembangunan fasilitas infrastruktur akses menuju sekolahan.

 

Jadi, permasalahan pokok pendidikan negara kita saat ini adlah bahwa pendidikan kita belum atau kurang merata, mutunya masihrendah da nada kecendrungan akan semakin rendah atau menurun. Disamping itu, kurang efisien dan efektif serta relevansinya masih perluditingkatkan.

 

Suatu permasalahan ditanggulangi akan menimbulkan pembesaran masalah pada aspek yang lain. Kondisi negara akan menentukan besar kecilnya permasalahan. Bila negara sudah maju, maka permasalahan dengan sendirinya akan dapat ditekan atau diperkecil, walaupun tidakakan pernah habis dalam arti yang sesungguhnya. Berkembangnya permasalahan pendidikan disebabkan pengaruh dari berbagai faktor yang berasal dari luar bidang pendidikan tersebut, antara lain; perkembangan IPTEK dan seni, laju pertumbuhan penduduk, aspirasi masyarakat dan keterbelakangan budaya dan sarana.

 

 

 

Daftar Pustaka

Suharti, Suharti. “PENDIDIKAN SANGAT BERPENGARUH TERHADAP PENINGKATAN KUALITAS HIDUP SUKU ANAK DALAM.” Jurnal Ilmiah Edukasia 1.1 (2021): 73-79.

Bunu, Helmuth Y. “Kesadaran masyarakat suku dayak terhadap pendidikan anak di pedalaman Kalimantan Tengah.” Jurnal Cakrawala Pendidikan 33.3 (2014).






Krisiss pendidikan di Indonesia

Oleh : Zainur Rosiqin

 

Krisis adalah kata yang tidak asing lagi untuk kita, khususnya di zaman sekarang ini. Bahkan banyak orang menyebut zaman ini adalah zaman krisis. Krisis ekonomi yang melanda Indonesia sejak tahun1998, ditambah dengan krisis ekonomi global yang baru-baru ini terjadi, sangat berdampak pada semua bidang kehidupan termasuk bidang pendidikan.

 

Berbicara tentang pendidikan di Indonesia, tidak akan lepas dari pemikiran tentang krisis pendidikan yang di sebabkan oleh krisis ekonomi global yang terjadi. Biaya pendidikan yang semakin melambung tinggi membuat banyak sekali anak-anak yang mengalami putus sekolah dan bekerja untuk membantu orangtua. Hal ini adalah masalah besar yang di hadapi Indonesia, karena dengan adanya krisis pendidikan yang semakin merajalela ini akan membuat indonsia semakin di remehkan oleh Negara lain.

 

Dengan banyaknya anak yang tidak besekolah atau menuntut ilmu akan memebuat SDM di Indonesia semakin tertinggal jaul kualitasnya dengan Negara-negara maju seperti amerika dan eropa.

 

Pemerintah Indonesia sudah berusaha untuk meningkatkan mutu pendidikan dengan berbagai kebijakan yang di buat, tapi hal tersebut belum juga mampu menaikan mutu pendidikan di Indonesia. Meskipun belum mampu meningkat secara significant tapi sedikit demi sedikit mutu pendidikan akan meningkat jika pemerintah menjalankan kebijakan dengan sebenar-benarnya tanpa ada penyimpangan. Tapi faktanya pemerintah masih belum mampu menjalankan kebijakannya dengan sempurna.

 

Hal tersebut semakin menurunkan tingkat anak-anak yang mampu bersekolah ke tingkat yang lebih tinggi lagi. Kompas, rabu 11 maret mencatat sekitar 1,2 juta siswa di Jawa Barat putus sekolah karena amsalah biaya dan terbatasnya sarana pendidikan. Sementara di NTTtercatat ada sekitar 40.000 siswa tidak melanjutkan sekolah karena masalah biaya. Berdasarkan data statistik Depdiknas tahun 2006-2007 selisih antara jumlah siswa lulusan SMA/SMK Negeri dan swasta dan mahasiswa baru di PT negri dan swasta sekitar 56,9% . Dengan kata lain hanya 43,1% saja lulusn SMA dan SMK yang melanjutkan ke PT.

 

Dari penjelasan artikel diatas dapat dilihat betapa rendahnya mutu pendidikan di Indonesia, dengan segala kekurangan yang ada seperti biaya yang mahal, sarana dan prasana yang sangat minim dan kurangnya sosialisasi di daerah pedalaman sehingga anak-anak yang di pengalaman tidak mengerti betapa pentingnya pendidikan.

 

Tanggung jawab untuk mencari solusi krirsis pendidikan ini bukan hanya ada di pemerintah, kita sebagai anak bangsa juga harus mampu memberikan kontribusi untuk anak-anak Indonesia. Karena anak-anak adalah aset bagi sebuah Negara.

 

Pemerintah dan anak bangsa harus bekerja sama mencari solusi dan menyesaikan masalah krisis pendidikan yang masih terjadi sampat saatini, dengan berbagai upaya, dengan membuat beberpa kebijakan dan menjalankan dengan sebaik-baiknya. Anak bangsa juga harus membantu pemerintah untuk menjalankan berbagai kebijakan yang di keluarkan pemerintah dan tentu saja mengawasi berjalanya kebijakan tersebut.

 

Salah satu upaya pemerintah adalah menaikan subsidi pendidikan, dengan dinaikannya subsisdi pemerintah berharap semua anak Indonesia dapat bersekolah tanpa memikirkan biaya yang mahal lagi. Tapi pada kenyataannya subsisdi tersebut tidak merata pembagiannya, alhasil masih banyak anak-anak di daerah pedalaman yang belum mampu bersekolah. Disinilah tugas anak bangsa untuk membantu persebaran mengawasi subsidi biaya pendidikan ke seluruh daerah yang ada di Indonesia.

 

Guru juga merupakan faktor penting dalam meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia, meskipun subsidi pendidikan di tambah tetapi kinerja guru melemah itu tidak akan mengangkat mutu pendidikan kita. Pemerintah harus mampu mencetak guru-guru yang berkompeten dan member sanksi tegas pada gururu-guru yang tidak berkompeten. Maka dari itu kinerja guru harus di tingkatkan.

 

Harapan saya adalah agar Indonesia menjadi Negara yang lebih maju dengan meningkatkan mutu pendidikan dan menghilangkan krisis pendidikan yang ada, agar semua anak Indonesia mampu mengenyam pendidikan hingga perguruan tinggi sehingga dapat memperbaikin kualitas SDM kita agar mampu bersaing dengan SDm Negara-negara maju.

 

Akhir-akhir ini banyak berita tentang penyimpangan-penyimpangan yang dilakukan oleh pelajar. Dengan akses internet yang mudah, saat ini kita dapat melihat permasalahan yang terjadi pada pelajar di Indonesia. Melalui internet, beberapa tahun bahkan beberapa bulan belakangan ini, kita banyak melihat banyak kasus seperti bullying oleh pelajar SD, SMP, bahkan SMA, kasus pemerkosaan oleh pelajar, hamil di luar nikah, narkoba, tawuran, tidak sopan, tidak bisa saling menghargai danlain-lainnya. Tidak hanya pelajar, perilaku-perilaku menyimpang juga dilakukan oleh para elite politik yang kabarnya santer terdengar telah terjerat kasus korupsi, perzinahan, saling tuduh dan menebar berita bohong antar elite, dan lain sebagainya. Sebelum membahas lebih jauh, penulis akan sedikit memberi penjelasan mengenai pendidikan karakter.

Pendidikan menurut Undang-Undang Dasar Nomor 20 Tahun2003 Pasal 1 Ayat 1 mengatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Sebenarnya, pendidikan karakter khas Indonesia sudah tertanam dalam Pancasila. Lima sila dasar negara ini memiliki makna yang dalam untuk menciptakan karakter bangsa. Dari mana akar masalahnya? Dalam menghadapi tantangan ini, peran keluarga, peran sekolah, peran guru, peran pemerintah, media massa dan lingkungan sangat penting perannya dalam pembentukkan karakter. Sosialisasi utama seorang anak adalah keluarganya. Dengan keluarga yang menerapkan atau menanamkan karakter yang baik, maka akan membentuk karakter anak yang baik. Pengawasan orang tua kepada anak di era modern seperti sekarang ini juga sangat penting dan harus intens karena hadirnya gadget. Dengan gadget ini, banyak yang dapat diakses seorang anak yang jika tidak ada filter dalam pengawasan dan pembekalan nilai-nilai akhlak yang baik, gadget ini akan membentuk karakter negatif kepada seorang individu. Ketika memasuki sekolah, lingkungan pun juga ikut berperan dalam pembentukan karakter ini, terutama guru.

Guru juga merupakan orang tua yang ada di sekolah dan sangat berpengaruh perannya dalam pembentukan karakter individu. Namun, seringkali, guru secara perlahan mematikan karakter baik yang ada dalam diri individu. Seringkali guru mematikan kepercayaan diri seorang anak, lebih melihat hasil akhir atau nilai dalam ujian atau PR sebagai indikator dari kecerdasan tanpa menghargai proses yang dilakukan individu dan juga kurangnya menanamkan nilai-nilai karakter yang ada dalam pancasila. Pancasila hanya diajarkan sebagai hafalan dan tidak dimaknai dan diimplementasikan dengan baik. Akibatnya dari hal kecil ini, menimbulkan bibit-bibit koruptor, mudah berbohong, dan sebagainya. Tayangan-tayangan di televisi pun juga berpengaruh terhadap pembentukan karakter. Disini juga pemerintah harus berperan dalam mengadakan acara atau tontonan televisi yang baik dan mendidik untuk anak. Pemerintah juga harus menjadi contoh dan tokoh yang berkarakter baik dan bermoral untuk rakyatnya. Semua aspek saling berkaitan dan berperan penting, seperti yang dikatakan oleh Talcott Parsons tentang teori Fungsionalisme, bahwa semua memiliki peran dan saling mempengaruhi.

Sayangnya, arus globalisasi yang deras ini, belum mampu dibentengi dengan pendidikan karakter yang baik, cenderung diabaikan atau bahkan perlahan mati. Oleh sebab itu, perlu adanya kesadaran dari semua pihak bahwa pendidikan karakter sangat penting untuk masa depan bangsa yang baik. Pendidikan yang diinginkan oleh Ki Hadjar Dewantara dimana pendidikan harus ditanami dengan nilai-nilai kemanusiaan yang baik. Juga pendidikan yang dikatakan oleh Tan Malaka bahwa Pendidikan itu untuk mempertajam kecerdasan, memperkukuh kemauan serta memperhalus perasaan. Pendidikan memang penting untuk terciptanya kecerdasan. Namun kecerdasan tanpa karakter atau akhlak yang baik, maka kecerdasan itu akan sia-sia.

Bagian Atas Formulir

Bagian Bawah Formulir

 

Hakekat pendidikan adalah sebagai proses pemerdekaan individu dalam kehidupan sosialnya. Dalam perkembangan kehidupan manusia pendidikan justru mengekang dan masih banyak dipengaruhi oleh lingkungan. Terkait dengan hal tesebut keprihatinan dari banyak tokoh pendidikan diungkapkan dalam banyak kesempatan dan rentang waktu yang panjang pada masa lalu dan terusakan menjadi isu yang penting dimasa yang akan datang. Ki Hajar Dewantara misalnya prihatin terhadap system pedidikan colonial  menganggap pendidikan yang baik hanya diperuntukkan bagi anak-anak kaum penguasa. Selanjutnya Romo Mangun melihat bahwa system pendidikan  yang kaku telah membelenggu peserta didik . Demikian pula Tilaar mengatakan “anak-anak miskin dilarang sekolah” semboyan yang tepat buat kaum miskin yang tertindas.

 

Rousseu mengusulkan suatu system pendidikan yang sesuai dengan kodrat manusia . Ia melihat bahwa kebebasan manusia sejak lahir telah terkekang dan terikat disetiap kehidupannya. John Dewey memandang kehidupan adalah perubahan. Ketika kita memilih maka kitaberpikir. Pendidikan hendaknya mengembangkan kekuatan peserta didik.

Pemikir revolusioner pendidikan Michel Foucault memberikan bentuk pemikiran bahwa manusia sebagai individu yang merdeka dan bukan sebagai tubuh-tubuh jinak oleh tekanan politik menuju kepada individu yang merdeka yang mampu menentukan nasibnya sendiri dalam proses pembentukan diri sebagai subjektis. Pengaruh pendapatnya erat kaitannya dengan lahirnya apa yang disebut dengan pedagogis kritis atau pedagogif tranformatif.

Pedagogik kritis mengupayakan suatu reformasi di dalam proses pendidikan yang menghasilkan kesamaan, keadilan, dan pengakuan atas hak asasi manusia yang setara. Tugas pendidik bukan hanya mengajar di depan kelas, tetapi hendaknya membentuk suatu kekuatan untuk melawan berbagai kekuatan yang mengontrol lembaga pendidikan. Para pendidik harus membantu peserta didik untuk mengetahui akan identitasnya. Para pendidik harus aktif dalam dialog kritis mengenai keadaan politik, sosial, ekonomi yang berkaitan dengan pembaharuan pendidikan.

Foucault  menjelaskan bahwa tujuan dari proses mengajar adalah menimbulkan dialog dan bukan sekedar transmisi dengan paksaan ilmu pengetahuan kepada peserta didik. Pendidik seharusnya menghormati dan menjunjung tinggi adanya perbedaan-perbedaan dalam masyarakat. Kebenaran bukan hanya datang dari satu arah.

Dalam era globalisasi saat ini, pendidikan merupakan kebutuhan penting bagi suatu bangsa dan faktor utama untuk mencapai tenaga kerja yang terampil dan mandiri. Bidang pendidikan memang menjadi tumpuan harapan bagi peningkatan kualitas sumberdaya manusia Indonesia untuk menghadapi proses globalisasi di hamper semua aspek kehidupan dalam persaingan kemajuan ilmu pengetahuan danteknologi.

Menjadi pendidik di era global  yang serba instan, hedonism, dan penuh degradasi moral seakan menjadi buah simalakama. Betapa tidak, sejumlah konflik social antar masyarakat serta perkelahian antar pelajar dan kekerasan lingkungan sekolah merebak dimana-mana yang menunjukkan kegagalan pendidikan kita.

Pendidikan merupakan kebutuhan sepanjang hayat. Setiap manusia membutuhkan pendidikan, sampai kapan dan dimanapun ia berada. Pendidikan sangat penting artinya, sebab tanpa pendidikan manusia akan sulit berkembang dan bahkan akan terbelakang.Dengan demikian pendidikan harus betul-betul diarahkan untuk menghasilkan manusia yang berkualitas dan mampu bersaing, disamping memiliki budi pekerti yang luhur dan moral yang baik.

Suatu pendidikan dipandang bermutu yang diukur dari kedudukannya sehingga ikut mencerdaskan kehidupan bangsa dan memajukan kebudayaan nasional adalah pendidikan yang berhasil membentuk generasi muda yang cerdas, berkarakter, bermoral, dan berkepribadian.

Krisis multidimensional merupakan masalah besar yang sedang dihadapi bangsa Indonesia. Tantangan bagi dunia pendidikan dengan melihat karakter bangsa  baik secara moral maupun etika yang telah berada pada titik nadir serta penegakan hukum yang tidak jelas dan konsekuen merupakan penghambat bagi pembangunan karakter bangsa.

Definisi Pendidikan karakter berarti suatu  proses pertimbangan dalam mendidik orang agar mengerti akan sesuatu, memiliki kepedulian, dan melakukan suatu tindakan yang dapat dipertanggungjawabkan secara moral dan etika dalam masyarakat. Alasan mendasar sangat urgennya pendidikan karakter karena manusia hidup dalam lingkungan dan budaya tertentu, maka perkembangan karakter seseorang hanya dapat dilakukan dalam  lingkungan social dan budaya yang bersangkutan.

Pendidikan di Indonesia lebih mengedepankan penguasaan aspek keilmuan dan kecerdasan, namun mengabaikan pendidikan  berkarakter. Pengetahuan terkait kaidah moral yang diperoleh dalam pendidikan moral atau etika di sekolah-sekolah saat ini tidak menjadi prioritas yang utama. Sebagian besar orang beranggapan bahwa tidak perlu memperhatikan pendidikan karakter sehingga berdampak pada perilaku anak bangsa sekarang. Padahal pendidikan diharapkan mampu menghadirkan generasi yang berkarakter kuat.

Pendidikan karakter penting sebagai penyeimbang kecakapan kognitif (kecerdasan intelektual). Beberapa kenyataan  yang menjadi fenomena saat ini seperti seorang pengusaha kaya namun tidak dermawan, seorang politikus melanggar janji politisnya, atau seorang guru menjadi tidak prihatin melihat anak-anak jalanan yang tidak berkesempatan memperoleh pendidikan merupakan bukti tidak terbentuknya keseimbangan pendidikan kognitif dengan pendidikan karakter.

Manusia memiliki karakter bawaan, namun tidak berarti karakter tersebut tidak dapat  diubah. Perubahan karakter membutuhkan suatu perjuangan yang sangat berat, Suatu latihan secara terus-menerus untuk menjiwai nilai-nilai yang baik dan tidak terlepas dari faktor lingkungan sekitar. Menurut Steven R Covey dalam “Seven  Habbit” sikap kesungguhan dapat dilihat dengan pengambilan inisiatif dan tanggung jawab secara sadar, berperilaku atas dasar nilai bukan atas dasar perasaan dan dukungan sosial.

Karakter pemarah, karakter pemalas, karakter tukang ngaret, karakter defensif, karakter pembohong, karakter pembual, karakter egois, karakter konpulsif, karakter penakut, karakter depresif, karakter manipulatuf, dan beribu-ribu karakter lainnya semua bisa dirubah. Saat tiap-tiap manusia mau belajar untuk mengatasi kelemahan-kelemahannya, kemudian memperbaiki kelemahannya serta memunculkan kebiasaan positif maka hal inilah yang disebut karakter.

Indikator pembangunan karakter dapat dilihat dengan tercapai atau tidaknya kebiasaan masyarakat atau bangsa kearah yang lebih positif dan berguna bagi dirinya, keluarga, serta lingkungannya. Pegembangan karakter merupakan tanggung jawab pribadi karena tiap personal tidak dapat menyalahkan orang lain atas karakternya yang buruk. Karakter tidak dapat diwariskan, karakter tidak bisa di beli, dan karakter tidak bisa ditukar melainkan haruslah dibangun dan dikembangkan secara sadar dari hari ke hari melalui proses panjang dan tidak instan.

Karakter yang berkualitas adalah sebuah respon yang sudah teruji berkali-kali dan berbuah kemenangan. Seseorang yang berkali-kali melewati kesulitan dengan kemenangan akan memiliki kualitas yang baik. Tidak ada kualitas yang tidak diuji. Oleh karenanya, jika ingin berkualitas, tidak ada cara yang lebih ampuh kecuali ujian. Ujian bisa berbentuk tantangan, tekanan, kesulitan, penderitaan, hal-hal yang sangat tidak disukai. Apabila berhasil melewatinya, bukan hanya sekali tetapi berkali-kali maka individu ini akan memiliki kualitas tersebut.

 

                                                 Daftar Pustaka


 Suwirta, Andi. "Krisis Moneter, Gejolak Politik, dan Perlunya Reformasi Pendidikan di Indonesia." Abdul Razaq Ahmad & Andi Suwirta. Sejarah dan Pendidikan Sejarah: Perspektif Malaysia dan Indonesia. Bandung dan Bangi: Historia Utama Press dan Penerbit UKM [Universiti Kebangsaan Malaysia] (2007): 171-188.

 Bahri, Saiful. "Implementasi pendidikan karakter dalam mengatasi krisis moral di sekolah." Ta'allum: Jurnal Pendidikan Islam 3.1 (2015): 57-76.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 



 

Komentar